KENDAL, KOMPAS.com - Berkendara pada musim hujan membutuhkan penyesuaian cara mengemudikan mobil agar kecelakaan dapat terhindari.
Salah satunya, dengan memperhatikan jarak aman, baik di jalan perkotaan atau tol. Berhubung jarak pandang terbatas dan permukaan jalan licin, maka pengendara membutuhkan waktu respons yang lebih untuk antisipasi.
Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving and Consulting Jusri Pulubuhu mengatakan, jarak aman berkendara saat hujan makin panjang karena faktor permukaan jalan licin dan dan jarak pandang.
"Jangan overspeed, kuasai kendaraan dan sigap membaca pergerakan kendaraan yang berada di depan, samping, atau belakang. Kecelakaan itu terjadi bukan karena kesalahan kita sendiri, harus sigap. Dalam arti, menjaga diri dan mengantisipasi bahaya yang datang dari pengendara lain yang kurang waspada," kata Jusri, beberapa waktu lalu kepada Kompas.com.
Saat hujan, lanjut Jusri, bahaya tabrakan beruntun kian meningkat, dan mobil tergelincir terkadang tidak terduga terjadi.
Karena itu, paling dibutuhkan adalah pengendalian diri dan menguasai kendaraan dalam kondisi darurat.
Tak hanya berhenti mendadak, tetapi Jusri mengatakan, pengemudi harus siap menyelamatkan diri jika kendaraan yang berada di depan mengalami kecelakaan.
"Menghindari kecelakaan itu risikonya besar, keputusan yang nomor satu. Apakah mengerem, bermanuver, atau mengambil keputusan lain, harus diputuskan dalam waktu singkat. Jadi, jarak aman yang perlu diperhatikan. Kondisi biasa jaga jarak 3 detik, saat hujan bisa 6 detik tergantung visibilitas," kata Jusri.
Artinya titik kendaraan di depan harus semakin jauh, sehingga setidaknya membutuhkan waktu 6 detik bagi kita agar kendaraan bisa sampai pada titik tersebut. Dengan demikian, pengemudi akan memiliki lebih banyak waktu untuk mengantisipasi ketika terjadi kecelakaan.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/04/10/152200515/masih-berpotensi-hujan-jangan-abaikan-jarak-aman-berkendara