JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil hybrid saat ini menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat yang ingin memiliki kendaraan ramah lingkungan serta irit dalam konsumsi bahan bakar.
Namun, masih ada beberapa hal yang menjadi kendala, menghambat masyarakat untuk beralih ke kendaraan elektrifikasi. Salah satunya, yaitu masih tingginya harga baterai yang dipakai pada kendaraan listrik.
Lung Lung CEO Dokter Mobil mengatakan, harga baterai mobil hybrid saat ini memang dibanderol dengan harga yang tinggi. Misalnya saja, untuk penggantian satu set baterai mobil hybrid Toyota diperlukan biaya sekitar Rp 68 juta.
Mahalnya banderol yang ditawarkan untuk penggantian baterai, tentu membuat para pemilik kendaraan berpikir dua kali untuk melakukan hal tersebut. Lantas, bisakah mobil hybrid berjalan tanpa baterai? Alias diubah menjadi mobil konvensional, yang hanya menggunakan bensin saja.
Menjawab hal ini, Lung Lung mengatakan, bahwa mobil hybrid tidak bisa dikonversi menjadi full bensin, atau internal combustion engine (ICE) saja.
“Tidak bisa, lebih baik beli baterai refurbish, itu paling murah. Karena siklus mesinnya sudah berbeda,” kata Lung Lung, saat ditemui Kompas.com, di Jakarta Utara, belum lama ini.
Siklus yang dimaksud adalah kompresi, di mana mobil hybrid memiliki kompresi yang berbeda dengan mesin bensin.
Lung Lung menjelaskan, mobil hybrid menggunakan Atkinson cycle. Pada siklus tersebut, mobil tidak memiliki dinamo starter, sehingga jika ingin melakukan konversi maka ada banyak komponen yang perlu diganti.
“Mobil hybrid ini pakai Atkinson Cycle, dan itu tidak bisa di jadikan mobil biasa. Mobil hybrid tidak bisa starter sendiri, karena tidak punya dinamo starter lagi. Mobil hybrid di stater sama motor generator. Kalo cycle-nya diganti lagi, maka ECU juga harus diganti, sama saja kaya beli baru,” kata Lung Lung.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/03/25/154100915/baterai-mobil-hybrid-rusak-bisa-dikonversi-ke-ice-