JAKARTA, KOMPAS.com - Bus di Indonesia dibuat lewat dua tahapan, beli sasis dulu lalu dibawa ke karoseri untuk membuat bodinya. Proses ini sudah berlangsung sejak lama dan sekarang karoseri pembuat bodi bus ikut berkembang.
M. Thoyib, Bus Body Builder Advisor (BBA) Daimler Commercial Vehicle Indonesia (DCVI), mengatakan, program BBA sudah berlangsung sejak 2008. Selama lebih kurang 16 tahun, terlihat perkembangan karoseri bus semakin baik.
"Secara keseluruhan, karoseri kita sudah mulai bagus, terutama yang besar-besar. Buatannya presisi, sekarang sudah ada laboratorium. Beberapa karoseri juga punya quality control (QC) departemen masing-masing, dicek sebelum serah terima," ucap M. Thoyib di Jakarta belum lama ini.
Kalau dibandingkan dengan saat awal program BBA berlangsung, karoseri masih menggambar manual, di atas meja. Sedangkan sekarang sudah canggih, pakai komputer bahkan beberapa punya simulator.
"Terakhir, ada yang pakai simulator buat uji guling dan macam-macam. Itu tidak murah, artinya mereka berkomitmen, investasi. Meski aturan tidak ada, cuma beberapa kejar untuk ekspor, ada juga yang ingin membuktikan kemampuan," ucap M. Thoyib.
Sebenarnya, Thoyib bilang juga kalau perkembangannya masih kurang merata. Masih ada juga karoseri yang tradisional, cuma kalau diperhatikan memang masih proses dan mengarah ke lebih baik lagi.
"Peralatan, pelat-pelat itu sudah (dipotong) pakai laser, seperti buat pesawat. Artinya itu sudah investasi (besar-besaran) mereka niat," ucap Thoyib.
Harapannya, karoseri bus di Indonesia bisa terus berkembang, mengikuti teknologi canggih yang sudah disematkan ke sasis-sasis bus premium. Misal punya Mercedes Benz sekarang bisa mengerem otomatis bahkan ada Adaptive Cruise Control.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/03/15/104200215/-karoseri-bus-semakin-baik-sudah-canggih-dan-presisi