JAKARTA, KOMPAS.com - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan bahwa kendaraan listrik saat ini belum bisa sepenuhnya menggantikan peran kendaraan berbahan bakar fosil dalam melakukan mobilitas di Tanah Air.
Alsannya, karena kemampuan kendaraan listrik belum bisa menjawab dan sesuai dengan berbagai kebutuhan, khususnya pada sektor industri dan bisnis.
Sehingga, meskipun pemerintah tengah melakukan proses transisi menuju era elektrifikasi kendaraan bermotor, dalam kegiatan tertentu mobil dengan mesin pembakaran dalam atau Internal Combustion Engine (ICE) masih diperlukan.
"Berdasarkan beberapa diskusi dengan asosiasi kendaraan bermotor di dunia, saat ini tidak ada single solution untuk menekan emisi, tapi multiple solution," kata Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi dalam Webinar 1st OJK International Resarch Forum 2023 yang disiarkan YouTube resmi OJK, Senin (25/9/2023).
"Indonesia itu berbeda dengan negara lain, kita sangat besar. Kalau di Australia, untuk bisa mendistribusikan daging dari Melbourne ke Sydney mungkin bisa pakai truk listrik. Tetapi di sini, untuk distribusi barang dari Jakarta ke Medan, tidak bisa karena sangat jauh," ujarnya.
"Kalau hanya pakai satu moda saja yaitu kendaraan listrik, sangat riskan kendaraan terkait akan drop listriknya. Ketika hal tersebut terjadi, masalahnya akan panjang. Maka dari itu, sekarang tidak ada single solution," lanjut dia.
Jenis mobil lainnya yang belum memungkinkan untuk menggunakan kendaraan listrik ialah military vehicle. Mengingat mobilitas pada transportasi tersebut sangat ekstrem dan rata-rata ke hutan yang minim infrastruktur.
Oleh karena itu, kendaraan listrik bukan satu-satunya solusi untuk menyelesaikan masalah polusi di Indonesia. Pemerintah juga harus memperhatikan pengembangan teknologi pada kendaraan ICE.
Salah satunya ialah menyediakan bahan bakar minyak yang sesuai dengan kapasitas mesin atau standar emisi pada kendaraan.
"Jadi, dalam perjalanan jauh, kita masih memerlukan kendaraan ICE. Maka, teknologi lainnya menjadi penting seperti biofuel, dan kita sudah memiliki B35 untuk mobil diesel yang lebih ramah lingkungan," kata Nangoi.
"Mobil ICE itu tidak bisa berdiri sendiri (untuk mengurangi emisi), harus juga didukung oleh pemerintah dalam hal penyediaan BBM yang lebih bersih. Kita sudah naikkan standar emisi menjadi Euro 4 dan nanti ke Euro 6 (2027). Tapi kalau BBM yang dipasarkan masih Euro 2, sama aja, kotor-kotor juga," tambahnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/09/26/084200215/kendaraan-ice-belum-bisa-tergantikan-ev-ini-alasannya