JAKARTA, KOMPAS.com - Motor koleksi seperti Honda NSR 150 punya harga jual yang sangat tinggi. Bahkan model SP lansiran paling terakhir saja sudah di angka Rp 150 juta sampai Rp 200 juta.
Biasanya, pembeli motor tersebut ada saja yang memang mau menjadikan sebagai produk investasi. Ada juga yang memiliki motor koleksi demi wibawa atau prestise.
Biasanya, setelah beli motor kolaksi yang usia tua, langsung direstorasi atau ditambah berbagai aksesori dengan harga premium alias mahal.
Akhirnya, motor tadi sudah punya harga yang sangat tinggi, ditambah aksesori langka yang menempel jadi semakin mahal. Ketika digunakan di jalan, tentu jadi pusat perhatian bagi yang sepaham.
Tommy Patria, pemilik bengkel Patria Techno, Spesialis NSR menjelaskan, pengguna motor koleksi dari Jepang tadi bukan cuma orang yang mencari prestise, tapi ada juga yang memang penikmat.
"Ada orang penikmat, ada yang ngejar prestise. Kalau penikmat asal (motornya) enggak mogok, enggak malu-maluin, ya cukup," kata Tommy kepada Kompas.com belum lama ini.
Sedangkan kalau yang cari prestise, ada saja perasaan ingin menjadi pusat perhatian. Tapi kalau penikmat, dia senang naik motornya, mengendarai, tidak peduli pendapat orang lain.
"Pasti kalau penikmat itu ada nilai histori (dengan motornya)," kata Tommy.
Jadi kalau misal ada yang komentar dengan motornya, dia tidak peduli dan meninggalkan orang tersebut. Mengingat si komentator tadi tidak tau alasan atau cerita di balik dia memiliki dan menggunakan motornya.
Nilai histori pada motor bisa banyak jenisnya. Misal jadi motor impian sejak kecil, peninggalan dari orang tua, atau ada cerita dengan motor tersebut saat dia masih muda.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/06/21/114200915/pemilik-motor-koleksi-di-indonesia-kejar-prestise-atau-penikmat