JAKARTA, KOMPAS.com - Oli ester digadang-gadang sebagai oli yang berkualitas tinggi karena kandungannya. Peluma ini dibanderol lebih mahal dari versi biasa.
Secara kegunaan, oli ester memang diperuntukkan untuk mesin-mesin balap yang memiliki panas mesin yang tinggi.
Dengan oli ester, diharapkan suhu mesin tetap stabil dan kualitas oli tidak mudah menurun meski mesin rata-rata dipacu pada putaran yang tinggi.
Namun, akhir-akhir ini masyarakat menggunakan oli ester untuk mobil harian, dengan anggapan masa pakai bisa lebih panjang hingga 20.000 Km.
Angka tersebut tentu bisa dikatakan tinggi, seakan-akan kemampuan oli berimbang dengan harganya yang mahal.
Technical Specialist PT Pertamina Lubricants (PTPL) Brahma Putra Mahayana mengatakan, oli ester sebenarnya termasuk dari jenis bahan oli sintetis, namun ester tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus dicampur dengan bahan lain.
“Ester itu termasuk base oil kategori sintetis juga, dia memiliki karakter tahan panas, tapi tidak tahan kelembaban, dia juga memiliki sifat pelarut yang baik,” ucap Brahma kepada Kompas.com, Sabtu (8/4/2023).
Brahma mengatakan, penggunaan ester dalam dunia otomotif biasanya dicampur dengan bahan lain agar bisa digunakan secara optimal.
"Ester tidak bisa berdiri sendiri tapi dicampur, misal dengan polyalphaolefin (PAO) atau base oil grup 3 yang sintetis, kalau berdiri sendiri dia akan cepat rusak,” ucap Brahma.
Selain itu, Brahma juga menjelaskan oli ester banyak digunakan pada mobil-mobil balap, karena keunggulan bahan ini adalah tahan panas.
Meski demikian, saat oli jenis ini digunakan mobil harian dan kerap menerjang banjir, maka oli akan cepat rusak. Tetap ada kelebihan dan kekurangannya.
Sedangkan bila oli ini mau digunakan hingga jarak tempuh sampai 20.000 Km, Brahma tidak mempermasalahkan asal selalu dikontrol kondisinya atau kemampuannya.
“Bisa saja digunakan hingga 20.000 Km, tapi kembali lagi ada kontaminan yang perlu diwaspadai karena ini juga turut mempengaruhi kualitas oli mesin yang digunakan pada mobil,” ucap Brahma.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/04/09/182200515/kenapa-harga-oli-ester-lebih-mahal-