JAKARTA, KOMPAS.com – Tren kendaraan listrik yang tengah naik daun saat ini turut memicu para produsen otomotif untuk meluncurkan produk kendaraan berbasis listrik.
Bahkan, kini produsen otomotif juga meluncurkan kendaraan niaga dan juga bus berbasis listrik.
Misalnya seperti Esemka yang baru saja membuat gebrakan produk blind van listrik Bima EV di pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta.
Ada dua varian yang dipamerkan kendaraan buatan lokal ini yaitu Bima EV Cargo Van yang menjadi mobil niaga dan Bima EV Minibus untuk kendaraan penumpang.
Kemudian, ada juga DFSK Gelora E yang juga memiliki varian blind van dan mini bus yang menggunakan tenaga listrik. Kemudian, ada juga mobil pikap listrik dengan nama DFSK EC31.
Sementara dari keluarga PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) akan meluncurkan kendaraan listrik niaga yaitu Mitsubishi Minicab MiEV.
Kendaraan niaga ini rencananya akan mulai diproduksi dan dipasarkan pada 2024 dan dipasarkan untuk menyasar pasar domestik sebagai awalan.
Di Indonesia sendiri, kendaraan niaga tidak bisa terlepas dari bisnis layanan logistik dalam mengantar barang.
DayTrans Express Service yang menjadi salah satu perusahaan yang menyediakan layanan pengantaran barang di tanah air turut menyoroti tren kendaraan niaga listrik.
“Saya pernah diskusi juga dengan orang Kementerian Perhubungan mengenai masalah mobil listrik, apakah nantinya para pelaku PO atau layanan logistik akan beralih pakai kendaraan listrik? Namun sepertinya masih jauh yah karena fasilitas belum ada dan menyeluruh,” kata Manager Operasional DayTrans Reza kepada Kompas.com, Rabu (22/2/2023).
Menurut Reza, untuk komponen kendaraan listrik niaga saja masih belum diketahui terbuat dari apa. Sehingga jika ada kerusakan masih menjadi pertanyaan bagaimana untuk memperbaikinya.
Apalagi, menurut Reza mengenai harga mobil listrik lebih mahal dari mobil konvensional. Kemudian untuk masalah daya tahan dan fasilitas charging masih belum ada gambaran jelas.
“Mungkin butuh 5 sampai 10 tahun lagi untuk siap. Mungkin yah. Ini tergantung kebijakan pemerintah. Begitu sih kalau dari sudut pandang kita yang transportasi,” kata Reza.
Belum lagi, jika menggunakan kendaraan listrik perlu memangkas waktu untuk mengisi daya baterai 1-2 jam. Hal ini tentunya akan menghambat kinerja operasional layanan niaga.
“Itu tidak bisa yah. Kalau bagi jenis usaha niaga dan PO, mobil itu andalan. Lebih baik mobil itu (konvensional) terus-terusan jalan supaya omset terus muter. Nah kalau ada jeda kita akan kehilangan omset,” kata Reza.
Senada dengan hal tersebut, Suwanto Branding Manager J&T Cargo mengatakan jika saat ini layanan dari perusahaannya belum menggunakan kendaraan listrik. Hal ini berkaitan dengan jarak antar yang sangat jauh dari mobil, alhasil mobil listrik niaga masih belum jadi pertimbangan.
“Kalau dari operasional kita belum. Karena kendaraan cargo itu harus untuk jarak yang jauh sekali. Bahkan kita dari Jakarta bisa langsung tembus ke Aceh. Jadi kalau pakai listrik masih belum untuk industri kargo di bisnis kami. Masih truk dan blind van biasa,” kata Suwanto kepada Kompas.com di sela-sela acara IIMS 2023, Kamis (23/ 2/2023).
“Mungkin kalau ada banyak charging station atau baterai cadangan mungkin bisa, tapi saat ini mobil belum bisa, masih untuk motor. Tapi waktu tempuh takut kepangkas,” kata Suwanto.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/02/24/170100915/tren-kendaraan-niaga-listrik-di-mata-bisnis-logistik