JAKARTA, KOMPAS.com - Melakukan pengisian daya atau cas sepeda motor listrik tidak boleh sembarangan agar kualitas dan usia pemakaian baterai sebagai komponen utamanya tetap awet.
Dalam pengisian baterai, seperti dikatakan pengamat otomotif sekaligus pakar di bidang kelistrikan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Agus Purwadi, ialah ketika dayanya tidak kurang atau tersisa 20 persen.
"Minimal daya baterai kendaraan listrik tersisa 10-20 persen, jangan sampai habis. Malahan, makin tinggi makin baik," ujar katanya saat ditemui di Jakarta belum lama ini.
Kebiasaan mengisi daya kendaraan listrik saat sudah hampir habis, lanjut Agus, bisa menurunkan kesehatan baterai. Imbasnya akan mengganggu fungsi mobil-motor listrik sebagai kendaraan harian.
"Baterai kendaraan listrik sebenarnya mirip kayak HP, semua baterai karakternya kurang lebih sama, yakni punya state of charge minimum. Jadi, meskipun tertera nol persen, itu enggak benar-benar habis," jelas dia.
Menurut Agus, kendaraan listrik sekarang telah dilengkapi teknologi BMS atau battery management system. Sehingga, saat dayanya lemah, akan ada peringatan untuk segera dicas.
"Kalau BMS-nya baik, baterai bakal diproteksi, nggak bisa terlalu habis. Jadi ada peringatan setiap kali baterai sudah lemah. Bahkan, di-cut," ungkapnya.
Hal serupa juga dikatakan COO dan Co-Founder ECGO EV Moto Gary Prawira di kesempatan serupa. Ketika pemilik terlalu sering membuat baterai di motor habis, maka tidak dimungkiri akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Mengingat, kelistrikan pada kendaraan listrik tidak hanya sebagai menjadi pendukung untuk mengaktifkan beberapa sistem seperti lampu saja. Tetapi hampir semuanya harus dialirkan listrik.
"Jadi memang paling baik tidak sampai mati, sekitar 20 persen (di cas). Sama seperti HP saja, kalau di-cas tunggu mati terus lama-kelamaan baterainya tidak awet, kembung atau sebagainya," kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/02/08/190100715/ini-waktu-ideal-cas-motor-listrik