JAKARTA, KOMPAS.com – Kenaikan harga bahan bakar minyak subsidi Pertalite dan Solar diprediksi tidak akan berdampak langsung dengan harga jual motor baru.
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memperkirakan biaya produksi motor tidak akan langsung naik usai meningkatnya harga BBM
Tapi, Hari Budianto, Sekretaris Jenderal AISI menegaskan kalau kenaikan harga BBM bakal mempengaruhi biaya produksi.
Namun, setiap perusahaan disebut telah mengendalikan tingkat risiko. Strategi inilah yang dapat menangkal kenaikan harga motor baru.
“Jadi simpel, pasti ada. Itu kan internal strategi, kalau ada kenaikan gini, mereka segini. Tapi ingat kenaikan harga itu akan punya elastisitas,” ujar Hari, dalam konferensi virtual (15/9/2022).
“Di sepeda motor itu saya pernah hitung, kira-kira elastisitasnya sekitar 3-4 kali. Maksudnya apa? Setiap kenaikan 1 persen dari harga motor, atau sebaliknya, penurunan daya beli masyarakat turun 1 persen. Itu berimbas terhadap demand 4 kalinya. Artinya 4 persen akan terdampak,” kata dia.
Meski begitu, hitung-hitungan ini bisa berbeda antara pabrikan satu dengan pabrikan yang lain. Menurut Hari, hal ini karena regresi dan kemampuan tiap perusahaan yang berbeda-beda.
“Yang jualannya 4 juta unit setahun, sama yang jualnya 50.000 unit setahun scale-nya kan berbeda, hitung-hitungannya juga berbeda,” ucap Hari.
“Tapi maksud saya adalah tingkat elastisitas ini dimengerti oleh masing-masing. Sehingga tidak akan serta merta, setiap ada apa-apa langsung naikin harga segala macam,” ujar dia.
Hari menambahkan, kenaikan harga motor bakal berimbas pada jumlah penjualan. Padahal dengan volume produksi yang besar, biaya pengeluaran bisa ditekan karena ada skala produksi.
“Volume penjualan itu raja. Semakin besar volume, kita bisa me-reduce cost. Jadi di sini mesti hati-hati. Strategi inilah yang enggak bisa sama rata, sama rasa, tetapi semuanya pasti punya,” kata Hari.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/19/102200815/harga-bbm-naik-banderol-motor-baru-juga-semakin-mahal-