JAKARTA, KOMPAS.com - Populasi bus listrik di Indonesia saat ini memang sudah cukup banyak. Bahkan Transjakarta sudah mulai mengoperasikan dengan merek BYD dari Cina sebanyak 30 unit.
Beberapa merek bus listrik dari Cina seperti Higer, Skywell, dan sebagainya juga sudah mulai masuk Indonesia. Sebenarnya merek Eropa seperti Mercedes Benz pun punya lini produk bus listrik, tapi masih belum masuk Indonesia.
Faustina, Head of Product & Marketing PT Daimler Commercial Vehicles Indonesa (DCVI) ATPM Mercedes Benz Truck dan Bus di Indonesia menceritakan beberapa kendala yang ditemui saat mau memasukkan bus listrik ke Indonesia.
Paling besar kendalanya adalah tarif impor yang tinggi untuk bus yang diimpor dari luar negeri. Faustina mengatakan, ada perbedaan yang cukup besar antara tarif impor bus dari Eropa (Jerman) dengan China.
"Kalau kita pelajari dari bus CBU ada peraturan di importase, ini masih tinggi banget," ucap Faustina di Jakarta, Kamis (16/9/2022).
Sebenarnya, Indonesia punya perjanjian dengan China (Asean China Free Trade Agreement) yang menyebabkan impor bus utuh dari China tarif impornya hanya lima persen.
Sedangkan untuk impor dari negara selain China, tarif impornya ada di 50 persen untuk bus dengan GVW di bawah 24 ton. Perbedaan tarif yang jauh ini yang membuat PT DCVI masih pikir-pikir memasukkan bus listrik ke Indonesia.
"Kalau kami masuk, sudah berbeda skemanya, pasti price gap (produk China dan Mercedes Benz) ada," ucap Faustina.
Kemudian kalau misalnya mau dirakit di Indonesia atau CKD, memang tarif impornya turun jadi 10 persen, tapi tentu untuk langkah awal masih harus CBU dahulu.
"Yang saya mau CKD sasis atau CBU dulu deh (sasis bus listrik). Untuk kita punya tes produk di sini, tapi kalau sudah di-charge 40 persen untuk tarif impor sasis, saya juga gempor," kata Faustina.
Faustina menjelaskan, satu sampai tiga bulan pertama pati perlu CBU dahulu sampai pasar siap. Hal ini yang membuat galau DCVI jadi bus listrik masih belum masuk ke Indonesia.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/16/190100315/daimler-galau-datangkan-bus-listrik-ke-indonesia-biaya-impor-tinggi