SEMARANG, KOMPAS.com - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), berimbas pada pengguna kendaraan, termasuk pemilik mobil lantaran terkait biaya operasional harian.
Karena itu, berbagai macam cara dilakukan untuk mencegah dana membeli BBM tak membengkak.
Dengan mengemudi secara eco driving, ditunjang perawatan rutin yang terjadwal, pemilik mobil berharap konsumsi BBM harian bisa dihemat.
Tak terkecuali, mobil matik yang secara populasi saat ini berkembang. Namun tak sedikit yang mengangap mobil transmisi otomatis secara konsumsi BBM lebih boros.
Benarkah demikian? sebelumnya telah dijelaskan, pada dasarnya semua tergantung dari sisi perawatan kendaraan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni ;
Dengan standar emisi gas buang yang rendah, mobil sekarang rata-rata sudah dibekali mesin kompresi 10:1 keatas. Jelas, bila ingin awet harus menggunakan BBM kualitas tinggi, minimal RON 92.
Menurut Kepala Bengkel Toyota Gombel Semarang Mohammad Syafruddin, pembakaran mesin bisa seimbang dengan perhitungan kompresi, sebab BBM oktan tinggi menjaga timming pengapian mesin tetap normal.
"Mesin mobil ngelitik dan tenaga ngempos dalangnya BBM kualitas rendah. Spesifikasi mengharuskan pengapian di dukung BBM oktan tinggi. Timming otomatis menyesuaikan jeda waktu pembakaran, bisa maju atau mundur akibat sisa endapan bahan bakar di ruang bakar," ucap Syafruddin, kepada Kompas.com, belum lama ini.
Campuran yang pas, menghasilkan efisiensi ruang bakar yang baik. Hasilnya, bahan bakar jadi hemat.
Satu saja bermasalah, tak hanya BBM boros, bisa dibarengi tarikan mesin mobil kurang bertenaga. Bahkan, jadi penyebab mesin mobil brebet.
"Filter udara kotor, udara masuk ruang bakar sedikit. ECU menyesuaikan dengan menambah jumlah BBM. Jika filter bahan bakar tersumbat, pasokan BBM ke injektor kurang. Otomatis, mesin brebet," kata Kepala Bengkel Toyota Nasmoco Majapahit Semarang Bambang Sri Haryanto.
Ini biasanya bersumber salah satu bagian transmisi matik ada yang slip. Maka, torsi terbuang di tengah jalan.
Pengaruhnya secara langsung, yang dirasakan gejala nyendat atau transmisi butuh jeda waktu saat kickdown. Istilahnya 'ngelag' lantaran pergantian gigi lambat.
Kepala Bengkel Nissan Setyabudi Semarang Andika Herda Permana menjelaskan, transmisi 'ngelag' asalnya sistem pelumasan tidak sempurna. Berimbas, slip kopling transmisi matik.
"Telat ganti oli matik, oli di dalam carter oli sudah terkontaminasi partikel-partikel gram. Perpindahan transmisi jadi lambat," kata Andika.
Apalagi, dengan penggunaan di kota-kota besar, di mana situasinya lebih cenderung stop and go karena kemacetan dan lain sebaginya.
Karena itu, poin perawatan wajib mobil matik, juga mencantumkan cek rem berkala. Dengan kampas rem yang lengket atau macet, secara langsung putaran roda turut terganggu.
Kepala Bengkel Astra Daihatsu Majapahit Semarang Sapto Pamungkas mengatakan, gerak bebas roda bisa selip atau macet lantaran kampas rem lengket.
Dengan demikian, putaran roda jadi berat. Seperti ada yang menahan, otomatis bila dibiarkan begitu saja BBM bisa terpengaruh.
"Kampas rem macet, putaran roda jadi berat. Bukan hanya kampas rem sudah tipis, kondisi bergelombang bisa seret atau macet. Jelasnya, roda tidak bisa berputar loss," kata Sapto.
Terakhir ruang bakar, dalam jangka waktu lama deposit kerak karbon ruang bakar bisa menumpuk. Dampaknya, cukup banyak dan bisa menggangu kenyamanan berkendara. Mesin bisa ngelitik, hingga menyebabkan bahan bakar jadi boros.
Kemudian, tenaga mesin juga berkurang signifikan. Sangat terasa, bila akselerasi mendadak, mesin tidak bisa bertenaga.
Untuk itu, setiap jarak tempuh 10.000 kilometer (km) sekali wajib dilakukan penyegaran ruang bakar. Caranya, dengan carbon cleaner agar sisa endapan kerak karbon tak mengganggu kinerja ruang bakar.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/12/173100315/jangan-lupakan-5-hal-ini-bila-mobil-tak-mau-boros-bbm