JAKARTA, KOMPAS.com - Usai membahas mengenai eksterior, interior, perfoma dan fitur. Kini saatnya tim redaksi mengulas bagaimana sensasi di balik kemudi Suzuki S-Presso dan Daihatsu Ayla.
Pertama untuk Suzuki S-Presso. Mobil ini dibekali dengan mesin K10B berkubikasi 998 cc tiga silinder, S-Presso diklaim mampu memproduksi tenaga sebesar 65,6 tk pada 5.500 rpm dan torsi 89 Nm pada 3.500 rpm.
Dari pengetesan singkat yang dilakukan Kompas.com saat pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 lalu, suara mesin dari dalam kabin masih cukup halus.
Namun jangan berharap sudah dilengkapi tombol start-stop engine, karena ritual menyalakan mobil masih dilakukan secara manual alias menggunakan anak kunci.
Begitu juga ketika mencari posisi terbaik untuk visibilitas kaca spion, baik kanan dan kiri, yang dilakukan melalui tuas kecil.
Saat lepas rem tangan dan geser tuas transmisi ke posisi D, butuh sedikit injakan gas untuk membantu S-Presso melaju. Sesaat kemudian, laju mobil sudah bisa dikontrol dengan baik.
Pada putaran bawah, bila pedal gas langsung ditekan lebih dalam, putaran tenaga akan langsung terasa.
Namun ketika transmisi AGS berpindah percepatan, akan ada delay yang sangat mengganggu. Hal ini memang sudah menjadi salah satu ciri khas dari transmisi AGS.
Ketika mencoba melewati speed trap dengan kecepatan 20 kpj, guncangan di ruang kabin masih cukup terasa, terutama pada baris pertama. Hal ini tentu juga dirasakan penumpang baris kedua.
Bicara soal handling, hal pertama yang redaksi rasakan langsung, dengan bodi yang sangat kompak, S-Presso cukup menarik diajak manuver u-turn, apalagi sudah ditunjang dengan keberadaan power steering.
Secara keseluruhan, soal kelincahan kemudi S-Presso masih cukup baik, cocok untuk karakter penggunaan mobil dalam kota yang lebih banyak menghadapi kondisi kepadatan lalu lintas. Begitu juga untuk yang tinggal di daerah padat dengan dimensi jalan yang tidak terlalu besar.
Meski dimensinya kecil, namun sajian visual ke depan masih cukup lapang. Sayangnya, pengendara tidak bisa terlalu berharap lantaran untuk kenyamanan pengemudi tak dilengkapi tilt dan telescopic pada setir.
Bahkan jok pengendara pun hanya sekadar maju dan mundur secara manual, tanpa adanya adjuster untuk meninggikan atau merendahkan posisi duduk berkendara.
Sementara untuk Daihatsu Ayla, saat menghidupkan mesin masih sama seperti S-Presso, belum dilengkapi tombol start-stop engine, jadi masih memerlukan anak kunci.
Visibilitas pandangan ke depan dan kebelakang cukup baik. Terlebih lagi kaca spion, baik kanan dan kiri, sudah otomatis pengaturannya melalui tombol yang berada di dekat kemudi.
Saat dipakai dalam rute perkotaan, bermodalkan mesin tiga silinder dengan kapasitas sebesar 998 cc dan transmisi otomatis empat percepatan ternyata tiap putaran tenaganya cukup responsif. Asiknya lagi, dengan dimensi mungil, Ayla cukup gesit ketika diajak menyalip di tengah kemacetan dalam kota.
Seperti biasa, kondisi stop and go masih menjadi sajian utama di jalur macet. Bahkan di beberapa ruas sampai harus menunggu anteran panjang guna melewati lampu merah.
Untungnya Ayla memiliki tenaga bawah yang responsif, sehingga mudah untuk berakselerasi dan tidak ketinggalan saat mulai berjalan.
Bicara soal handling, dengan bodi yang cukup mungil Ayla terbilang sangat praktis. Radius putar maksimal hanya 4,5 meter, membuat putar balik terasa sangat mudah.
Tak berbeda dengan S-Presso, posisi duduk Ayla juga kurang ergonomis, hal ini karena setir tidak bisa diatur fleksibel atau belum memiliki telescopic steering.
Belum lagi peredam kabin yang tidak terlalu baik. Saat kondisi kaca tertutup semua, suara bising dari luar masih terdengar dari dalam. Padahal di dalam, AC dan pemutar musik sudah menyala.
Namun mengingat status mobil ini adalah LCGC, kelebihan tentu saja tidak datang dari sana, melainkan faktor konsumsi bahan bakar yang terbilang irit.
Secara keseluruhan, baik S-Presso maupun Ayla sama-sama menawarkan sensasi berkendara yang fun to drive ala mobil perkotaan.
Hanya saja, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seperti S-Presso yang belum dibekali dengan pengaturan kaca spion elektrik, dan Ayla yang belum memiliki peredam kabin yang cukup baik.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/08/22/172100215/perbandingan-rasa-berkendara-suzuki-s-presso-dan-daihatsu-ayla