SEMARANG, KOMPAS.com - Beda dari aki kering atau maintenance free (MF), yang tak perlu penambahan air, pengguna aki basah perlu melakukan pemeriksaan kondisinya secara periodik.
Pasalnya, seiring dengan pemakaian kendaraan, terutama akibat oksidasi volume air aki perlu ditambah. Namun prosesnya tak boleh sembarangan.
Kepala Bengkel Nasmoco Majapahit Semarang Bambang Sri Haryanto mengatakan, soal isi ulang penambahan air aki basah tak boleh asal-asalan.
"Untuk bisa tau batas aman ketinggian air aki bisa dilihat dari bagian samping. Yaitu, dengan melihat garis batas upper dan lower," kata Bambang, kepada Kompas.com, Senin (11/7/2022).
Bambang melanjutkan, proses isi ulang ada beberapa aturan. Paling utama tak boleh kurang atau kelebihan.
Pasalnya, bila sampai kelebihan berisiko memperparah penguapan, atau bisa jadi memicu korosi pada bagian mobil lainnya di area kap mesin.
"Problem utama bagian kap mesin mobil dekat dengan bagian aki bisa berkarat karena isi air terlalu berlebih. Kemudian, untuk komponen aki bisa menyebabkan terjadi oksidasi," katanya.
Beda halnya bila isi ulang air aki tetapi belum sesuai indikator upper level atau kurang. Risikonya, bisa jadi cell aki overheat.
"Volume air aki di bawah garis low, cell aki tidak bisa terendam air sempurna. Sehingga, keadaan aki yang terlampau panas menyebabkan gelembung bereaksi ketika starter mobil," ucap Bambang.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/07/12/112200915/kenali-risiko-sembarang-isi-air-aki