Ngebut sesekali dipercaya untuk menjaga performa mesin tetap prima. Ngebut yang dimaksud adalah menjalankan mobil dengan putaran mesin (rpm) yang tinggi, seperti melaju di jalan bebas hambatan atau jalan tol. Artinya bukan melakukan aktivitas kebut-kebutan di jalan raya.
"Kendaraan yang menggunakan busi biasa cenderung akan menghasilkan endapan karbon di bagian ujung elektroda," ujar Dealer Technical Support Dept. Head PT Toyota Astra Motor (TAM) Didi Ahadi, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Bagi para pengguna mobil di kota-kota besar yang sering mengalami macet. Dalam kondisi tersebut, mobil hanya dijalankan pada rpm yang rendah.
Endapan karbon yang menumpuk ini tidak akan bisa dibersihkan hanya dengan memanaskan kendaraan atau dijalankan pada rpm rendah.
Sebab,yang dihasilkan saat memanaskan mobil berbeda dengan panas yang dihasilkan saat mobil dipacu dalam kecepatan tinggi atau putaran mesin yang tinggi.
"Pemilik kendaraan sesekali bisa memacu mobilnya dalam kecepatan tinggi guna menghindari tarikan mobil berat. Namun, perlu diingat kecepatan harus di bawah ambang batas aman (red line), maksimal kecepatan 100 km/jam," kata Didi.
“Cara sederhana ini bisa menghilangkan dan membakar karbon yang menumpuk pada kendaraan. Jadi pemilik mobil tidak perlu tune-up karena biayanya cukup mahal,” ujarnya.
Di sisi lain, ada cara lain untuk menjaga performa mesin mobil adalah dengan melakukan perawatan rutin, seperti tune up dan ganti oli.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/06/02/184100815/mitos-atau-fakta-ngebut-bikin-mesin-mobil-tambah-optimal-