JAKARTA, KOMPAS.com – Wacana investasi Tesla di Indonesia tampaknya segera terealisasi. Hal ini terungkap lewat sebuah rapat yang sejatinya sudah diharapkan sejak 2020, tetapi akhirnya baru bisa terlaksana pada April 2022.
Meskipun belum ada kesepakatan apa pun, pertemuan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan dengan CEO Tesla Inc. Elon Musk jelas membawa angin segar buat industri otomotif nasional.
Pada postingan terbaru akun Instagram Luhut Pandjaitan (26/4/2022), disebutkan soal alasan Elon Musk tertarik pada kerja sama kali ini.
Luhut mengatakan, hal itu terjadi karena paparan dirinya tentang potensi besar industri nikel di Indonesia.
Menurutnya, ide tersebut mengubah persepsi Elon Musk bahwa investasi di Indonesia akan sangat menjanjikan karena dapat menjadi suplai bahan baku kebutuhan baterai mobil listrik Tesla.
“Saya berharap ini bukanlah pertemuan kami yang terakhir dan ke depan akan ada pembahasan terkait progres perkembangan industri nikel di Indonesia yang berteknologi tinggi bisa membawa negara kita masuk kepada rantai pasok global industri kendaraan listrik,” tulis Luhut.
Seperti diketahui, rencana Tesla ke Indonesia sebetulnya lebih condong untuk pembangunan infrastruktur baterai, bukan mendirikan pabrik perakitan mobil.
Sementara mengenai pabrik mobil listrik, Tesla sudah memutuskan untuk memproduksi mobil listrik di India. Kawasan Bangalore memang terkenal sebagai kawasan hub kendaraan listrik telah dijadikan pusat pengembangan.
“Enggak masalah (produksi baterai), mobil dia kan ada di mana-mana. Katakanlah mobilnya ada di Australia, ada di Amerika, Tiongkok, ada di Eropa. (Tapi) infrastrukturnya (baterai) buatan Indonesia kan bagus juga, nah itu juga perlu dikembangkan,” ujar Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo, kepada Kompas.com (27/4/2022).
Sementara itu, Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, rencana Tesla untuk memproduksi infrastruktur baterai justru jadi keuntungan buat Indonesia.
“Jadi kalau harus pilih, mau mobilnya atau baterainya? Nah tentu kita pilih baterainya sebagai first priority. Karena kalau kita bicara soal teknologi electric vehicle atau energi bersih, itu kuncinya di penyimpanan energinya,” ucap Martinus kepada Kompas.com (27/4/2022).
Menurut Martinus, ada beberapa alasan yang membuat Indonesia bakal untung dalam kerja sama ini. Dan bakal mengubah secara drastis peta ekosistem energi Indonesia ke depannya.
Pertama, baterai ini bukan sekadar untuk otomotif atau mobil, bisa untuk sepeda motor yang nanti akan tumbuh berkembang luar biasa. Kemudian, bisa untuk penyimpanan energi dari solar panel dan sebagainya.
“Kalau tiga produsen besar ini masuk (CATL, LG Chem, dan Tesla), core mereka kan di baterai, mereka akan saling adu pengaruh untuk memberikan tawaran-tawaran dengan nilai yang lebih tinggi bagi sumber daya manusia di Indonesia,” kata Martinus.
“Jadi bisnis utama kendaraan listrik itu di baterai. Kendaraan itu hanya alat untuk menggunakan energi tadi. Bisnis utamanya bukan di kendaraannya,” ucap dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/04/28/080200215/rencana-tesla-bukan-produksi-mobil-listrik-tapi-baterai-di-indonesia