JAKARTA, KOMPAS.com – Operasional bus transjakarta bisa dibilang sedang disorot banyak pihak. Selama 2021, ada 508 kecelakaan bus transjakarta yang terjadi.
Hal ini membuat Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) turun tangan, melakukan investigasi pada transjakarta. Ada banyak temuan KNKT selama investigasi beberapa bulan, salah satunya adalah belum ditentukannya standar kompetensi bagi pengemudi.
Jadi pengemudi yang berada di balik kemudi bus transjakarta, kompetensinya berbeda-beda. KNKT sedang menyusun bersama transjakarta untuk membentuk akademi pengemudi bus, sehingga mencetak pengemudi yang profesional.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan mengenai kompetensi pengemudi ini adalah adanya tes psikologi. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, adanya tes psikologi untuk pengemudi bus transjakarta sangat penting.
“Ketika didalam kondisi panik, seseorang harus mengambil keputusan yang terbaik. Ini perlu dilakukan psikologi untuk tahu decision making process pengemudi dan melihat kerja motorik dan sensorik,” ucapnya pada FGD yang dilakukan Dewan Transportasi Kota Jakarta belum lama ini.
Pengemudi harus memiliki kerja motorik dan sensorik yang singkron. Artinya, kedua komponen tadi bekerja secara bersamaan, jangan sampai sensoriknya bekerja, tapi motoriknya diam, sehingga bisa menyebabkan kecelakaan.
“Ada orang yang mulai tua, sensoriknya melihat tapi dia tidak bereaksi, ini perlu disaring. Makanya, dalam proses upgrading pengemudi transjakarta, kami menyarankan untuk dilakukan tes psikologi,” kata Soerjanto.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/02/15/122200215/tes-psikologi-dibutuhkan-untuk-pengemudi-transjakarta