JAKARTA, KOMPAS.com – Belum lama ini Kompas Otomotif menyelesaikan perjalanan bertajuk Kompas otomotif Challenge (KOC) 2021.
Pada kegiatan KOC 2021, Kompas Otomotif melakukan pengetesan terhadap lima mobil dengan melakukan perjalanan dari Jakarta-Yogyakarta dan menghitung emisinya.
Kelima kendaraan ini mewakili pilihan mesin yang ada di Indonesia, seperti mesin kubikasi kecil dengan turbo, diesel turbo, hybrid, plug-in hybrid, dan listrik berbasis baterai.
Dari segmen mobil listrik murni alias battery electric vehicle (BEV) ada Lexus UX 300e sedangkan untuk plug-in hybrid (PHEV) diwakili Toyota Prius PHEV. Keduanya merupakan kendaraan elektrifikasi yang digadang sebagai kendaraan masa depan.
Sebagai mobil listrik maka Lexus UX 300e tidak menghasilkan emisi gas buang. Tapi jika menilik lebih lanjut, pabrik pembangkit listrik tetap membutuhkan sumber daya untuk menghasilkan listrik.
Adapun Toyota Prius PHEV karena masih menggunakan mesin bahan bakar sehingga menghasilkan emisi.
Untuk Lexus UX 300e yang dicari ialah berapa besaran emisi yang dihasilkan pembangkit listrik untuk menghasilkan listrik 1 kWh.
Kemudian berapa yang dihasilkan untuk mengisi daya baterai lithium ion berkapasitas 54,3 kWh dengan 288 large capacity battery cells.
Kompas.com belum mendapat angka pasti berapa emisi yang pembangkit listrik di Indonesia yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik 1 kWh.
Tapi literasi tersebut ada di luar negeri. Mengutip eia.gov, pada 2020 total pembangkit listrik AS menghasilkan 4,01 triliun kilowatthour (kWh) dari semua sumber energi itu menghasilkan emisi sebesar 1,55 miliar metrik ton atau 1,71 miliar ton karbon dioksida (CO2).
Dari jumlah tersebut maka pembangkit listrik di AS menghasilkan sekitar 0,85 pon emisi CO2 per kWh atau sekitar 0,38 Kg per kWh.
Baterai Lexus UX 300e memiliki kapasitas sebesar 54,3 kWh, yang jika dikalikan 0,85 pon emisi CO2 per kWh, hasilnya pembangkit listrik mengeluarkan 46,155 pon atau setara 20,93 kg emisi CO2.
Untuk diketahui Lexus mengklaim dalam baterai terisi penuh mobil dapat menempuh jarak sejauh 300 km.
Sebagai catatan, hitungan ini berdasarkan situs eia.gov, emisi ini dihasilkan dari pembangkit listrik di suatu negara, yang bervariasi menurut jenis bahan bakar/sumber energi dan menurut jenis dan efisiensi pembangkit tenaga listrik bukan dari mobilnya.
Adapun Prius PHEV mencatatkan konsumsi bahan bakar 20,83 km per liter (MID) dan 19,47 km per liter menggunakan metode full to full.
Untuk menghitung emisi gas buang yang dihasilkan Prius PHEV pada perjalanan tersebut, redaksi menggunakan kalokulator yang mengkonversi konsumsi bahan bakar ke satuan emisi gram per kilometer CO2.
Pertama dikonversi dulu 19,47 km per liter menjadi 5,135 liter per 100 km. Kemudian angka yang sudah didapatkan tadi dimasukkan ke kalkulator untuk menghitung berapa besarnya emisi gas buang yang dihasilkan.
Prius PHEV mencatatkan emisi gas buang sebesar 119,132 gram per kilometer CO2.
Jika dibandingkan dengan mesin konvensional dengan turbo (Raize GR Sport), Prius PHEV unggul dengan selisih sekitar 69 gram per kilometer.
Sedangkan jika dibandingkan dengan diesel turbo (Fortuner) selisihnya jadi jauh lebih besar, yakni sekitar 127 gram per kilometer.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/30/084200515/hasil-hitung-emisi-lexus-ux-300e-dan-toyota-prius-phev-jakarta-yogya