Salah satu inovasi yang gencar dikembangkan adalah teknologi autopilot berbasis artificial intelligence (AI). Teknologi ini sebenarnya bukanlah hal baru. Sebab, teknologi yang sama sudah diaplikasikan pada pesawat terbang.
Pada pesawat, kecepatan, arah tujuan, dan ketinggian diatur secara otomatis dan sistematis menggunakan sistem hidrolik, mekanis, dan elektronik.
Sistem autopilot diciptakan untuk mengurangi beban kerja pilot sehingga tingkat fokus dan kewaspadaannya tetap terjaga. Keamanan penerbangan pun bisa ditingkatkan.
Dengan tujuan dan semangat yang serupa, teknologi autopilot pun mulai dikembangkan dan diaplikasikan pada mobil.
Sama seperti sistem autopilot pada pesawat, teknologi yang dikenal sebagai self-driving itu dikembangkan dengan dukungan AI dan internet of things (IoT).
Beragam teknologi dan sensor canggih yang diciptakan pun berupa computer vision, light detection and ranging (lidar), dan sensor fusion. Teknologi tersebut dirancang khusus untuk menggerakkan setir, rem, gas, dan komponen lainnya secara otomatis.
Semua sensor pada self-driving car juga diciptakan untuk membantu mobil mengenali rambu lalu lintas, pengguna jalan lain, pejalan kaki, dan objek berbahaya yang ada di sekitar kendaraan.
Sebagai contoh teknologi self-driving car yang dikembangkan oleh perusahaan mobilitas asal Korea Selatan (Korsel), Hyundai Motor Company.
Melalui semangat “Progress for Humanity”, Hyundai mengembangkan teknologi self-driving car agar pengemudi dapat berkendara lebih menyenangkan dan aman.
“Setiap hari, periset dan engineer kami menciptakan mobil yang lebih baik, kuat, dan canggih secara teknologi sehingga mampu meminimalisasi risiko kecelakaan di jalan raya,” bunyi siaran pers Hyundai yang dikutip Kompas.com dari Hyundai.com, Jumat (1/2/2019).
Teknologi self-driving Hyundai
Pengembangan self-driving car telah dilakukan Hyundai sejak 2015. Kala itu, Hyundai sudah memiliki jajaran mobil dengan kategori automasi atau Society of Automotive Engineer (SAE) level 2.
Untuk diketahui, Society of Automotive Engineers ( SAE ) mengategorikan self-driving car dalam 6 tingkatan, dari level 0-5. Kategori ini, sebagaimana diberitakan Kompas.com, Kamis (8/4/2021) didasari pada kecerdasan teknologi automasi.
Pada Level 0 hingga 2, sistem automasi bekerja hanya di bagian kemudi. Di Level 3, sistem automasi sudah beroperasi dan terintegrasi ke beberapa komponen. Meski begitu, sistem otomatis tersebut beroperasi secara terbatas sehingga tetap membutuhkan kontrol pengendara di balik kemudi.
Kemudian pada level 4 dan 5, sistem automasi sudah bisa beroperasi menjalankan fungsi yang telah ditentukan. Dengan demikian, kendaraan dapat bergerak secara otonom.
Kategori SAE level 2 pada mobil Hyundai tersebut didapat berkat keberadaan Advanced Driver Assistance System (ADAS). Salah satu teknologi unggulan untuk menunjang sistem self-driving kala itu adalah Highway Driving Assist (HDA).
HDA dapat membantu kendaraan untuk mempertahankan jarak dan kecepatan tertentu saat melintas di jalan tol. Teknologi ini juga dapat membantu kendaraan tetap berada di jalur tengah meskipun mobil berada di tikungan.
Sebagian besar mobil tersebut sudah tersedia untuk pasar Indonesia dan dipasarkan oleh Hyundai lewat PT Hyundai Motors Indonesia (HMID).
President Director PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Sung Jong-ha mengatakan, Hyundai ingin meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dengan ragam inovasi yang dihadirkan, termasuk melalui teknologi self-driving.
Keberadaan teknologi self-driving car di Indonesia juga merupakan wujud semangat HMID, yakni Driving Meaningful Innovation, untuk memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia.
“Harapan kami adalah untuk merealisasikan mobilitas masa depan dari Hyundai untuk Indonesia,” ujar Jong-ha seperti dikutip dari laman resmi Hyundai, Senin (13/9/2021).
Saat ini, mayoritas self-driving car dari Hyundai yang ada di pasaran termasuk dalam kategori SAE Level 2 dan 3. Beberapa line-up Hyundai yang sudah disematkan teknologi self-driving car adalah Tucson, Santa Fe, IONIQ 5, Kona, dan Palisade.
Salah satu teknologi self-driving car pada mobil-mobil tersebut adalah Forward Collision Avoidance Assist (FCAA). Teknologi ini berfungsi membantu menghentikan kendaraan secara otomatis dalam situasi tertentu, seperti adanya potensi tabrakan.
FCAA juga dapat membaca potensi tabrakan melalui kamera depan dan radar.
Selain FCAA, Hyundai juga melengkapi teknologi Lane Keeping Assist (LKA). LKA secara otomatis akan membantu mencegah kendaraan keluar dari lajur. Dengan begitu, pengemudi dapat terhindar dari risiko tabrakan oleh kendaraan yang tiba-tiba muncul dari belakang.
Teknologi lain yang disematkan Hyundai pada self-driving car produksinya adalah Blind-spot Collision Warning (BCW). Lewat teknologi ini, kendaraan dapat mengoperasikan lampu sein secara otomatis saat berganti jalur. Lampu tersebut akan menyala jika sensor menilai adanya potensi tabrakan dari arah belakang.
Tak hanya itu, BCW juga dapat membantu mendeteksi benturan saat kendaraan hendak keluar dari titik parkir paralel. Sistem akan secara otomatis melakukan pengereman darurat.
Kemudian, Hyundai juga telah memiliki teknologi Safe Exit Assist (SEA). Teknologi ini dapat membantu untuk melindungi pengemudi dan penumpang saat hendak keluar mobil.
Sistem SEA dapat mendeteksi kendaraan yang mendekat dari belakang secara otomatis. Selain itu, sistem juga bisa memperingatkan pengemudi bahwa keberadaan mobil dari belakang bisa berbahaya. Peringatan ini dikirimkan secara visual ke dasbor dan melalui pesan suara.
Selain teknologi tersebut, terdapat juga teknologi lain, seperti Intelligent Speed Limit Assist (ISLA), Driver Attention Warning (DAW), Blind-Spot View Monitor (BVM), Smart Cruise Control (SCC), dan Navigation-based Smart Cruise Control (NSCC).
Teknologi self-driving dari Hyundai tersebut berfungsi untuk menunjang keselamatan berkendara, tak hanya bagi pengemudi, tapi juga untuk banyak orang di sekitarnya.
Kembangkan mobil masa depan
Komitmen Hyundai dalam menciptakan mobil otonom tak berhenti sampai mobil SAE 2 dan 3. Perusahaan otomotif asal Korsel ini bekerja sama dengan perusahaan suku cadang mobil yang berkantor pusat di Dublin, Irlandia, Aptiv, mengembangkan mobil driverless. Kedua pihak sepakat bersinergi mendirikan perusahaan joint venture bernama Motional.
Melalui Motional, saat ini Hyundai tengah mengembangkan IONIQ 5 Robotaxi, sebuah kendaraan otonom SAE Level 4 yang dapat beroperasi dengan aman tanpa pengemudi.
Head of the Autonomous Driving Center Hyundai Motor Group Woong Jun-jang mengatakan, mobil tersebut merupakan pengembangan dari IONIQ 5 yang sepenuhnya ingin dioperasikan sebagai kendaraan otonom.
“Kami telah menerapkan berbagai sistem redundansi yang dilengkapi teknologi penting untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan penumpang (pada Robotaxi),” jelas Jun-jang seperti dikutip dari laman resmi Hyundai, Selasa (31/8/2021).
Pada IONIQ 5 Robotaxi, Motional memberikan sekitar 30 sensor kombinasi, seperti kamera, radar, dan lidar untuk memberikan pandangan 360 derajat, resolusi gambar yang tinggi, serta pendeteksi objek dari jarak jauh.
Selain itu, kendaraan tersebut juga akan dilengkapi berbagai teknologi mengemudi khusus dari Motional. Teknologi ini memungkinkan kendaraan untuk berjalan secara otonom saat menghadapi medan yang menantang dan kompleks.
Harapannya, IONIQ 5 Robotaxi sudah mulai beroperasi pada 2023 dan dapat mewujudkan misi Hyundai tentang kendaraan masa depan tanpa pengemudi.
Selain Robotaxi, Hyundai juga tengah mengembangkan konsep mobil otonom yang memiliki empat kaki dan dapat bergerak selayaknya makhluk hidup bernama Elevate.
Hyundai Elevate merupakan Ultimate Mobility Vehicle (UMV) yang menggabungkan teknologi mobil listrik dan robot. Mobil ini dapat beroperasi di medan dengan kemiringan ekstrem dan mampu menjangkau lokasi-lokasi sulit.
Mobil tersebut pun digadang dapat menjadi salah satu solusi mitigasi terhadap bencana alam, seperti kebakaran hutan, banjir, dan gempa bumi.
“Elevate dapat dikendarai di medan-medan itu. Teknologi ini dapat bekerja dengan baik di situasi darurat,” tutur Vice President and Head of Hyundai CRADLE John Suh, seperti dikutip dari laman resmi Hyundai.
Kaki pada Hyundai Elevate dapat bergerak layaknya mamalia dan reptil. Mobil itu juga dapat melewati tembok setinggi lima kaki atau 1,5 meter. Menariknya, penumpang di dalam mobil tetap merasa nyaman sekalipun mobil berjalan bak hewan berkaki empat.
“Dengan kombinasi teknologi robotik dan mobil listrik dari Hyundai, Elevate dapat membawa penumpang ke tempat yang belum bisa dijangkau oleh mobil sebelumnya. Mobil ini juga mendefinisikan kembali persepsi kita terkait kebebasan berkendara,” tutur Manajer Desain Sundberg-Ferar, perusahaan mitra Hyundai dalam pengembangan Elevate, David Byron.
Inovasi terbaru dari kendaraan Hyundai tersebut dapat dilihat dengan mengunjungi, situs web di tautan berikut.
Agar tak ketinggalan informasi terbaru mengenai Hyundai, silakan ikuti akun media sosial resmi Hyundai, seperti di kanal Youtube Hyundai Motors Indonesia, Instagram @hyundaimotorindonesia, Facebook Hyundai Motors Indonesia, dan Twitter @hyundaimotorid.
Artikel ini merupakan bagian keenam dari seri tentang perjalanan Hyundai dan semangat Driving Meaningful Innovation yang dikobarkan di Indonesia hasil kerja sama KG Media dan HMID.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/11/27/171758915/mengenal-lebih-dekat-teknologi-mobil-pintar-dari-hyundai