JAKARTA, KOMPAS.com – Sepotong ikan Kembung balado, nasi putih, sayur asem, tempe goreng tepung, dan segelas es teh tawar disajikan sebagai makan kami pada suatu siang. Dentingan sendok garpu beradu dengan piring menemani perbincangan hangat kami seputar perkembangan industri otomotif, waktu itu.
"Lebih baik makan makanan rumahan begini, enggak pakai micin (MSG), jadi lebih sehat," kata Stevanus Jasin, Owner Provis Autolab, bengkel mobil di Pondok Ranji, Bintaro, Jakarta Selatan, Kamis (30/9/2021).
Ternyata, ritual makan siang bareng pemilik bengkel ini sudah jadi kebiasaan selama puluhan tahun di sini. Jasin mengaku sengaja menyiapkan makan siang bagi seluruh karyawan bengkel, mulai mekanik, montir, para pekerja administrasi, sampai tamu yang datang.
Makanan ini dibuat sendiri, bukan beli jadi atau dari warung. Saya yang baru pertama kali ke bengkel ini cukup terkejut. Pasalnya, layanan seperti ini biasanya memang diberikan pada bengkel-bengkel resmi, di mana tamu disajikan makan siang kemasan dan snack kala menunggu mobilnya servis atau perbaikan.
Namun, sentuhan serta sambutan di bengkel ini memang terasa berbeda, seperti lagi berkunjung ke salah satu rumah kerabat dekat atau sanak saudara saja. Situasi yang mampu menciptakan suasana perbincangan jadi lebih cair lagi.
"Kan kasihan, tamu yang datang biasanya susah kalau harus mencari makan di luar lagi. Jadi, kita makan bareng saja di sini," kata Jasin lagi.
Pria paruh baya ini masih terlihat necis meski tetap bersahaja dengan pakaiannya. Genggamannya selalu ada tustel digital, di mana sering kali ia kerap mengambil foto situasi bengkel, termasuk engine bay mobil-mobil konsumen yang lagi dikerjakan.
TUSS
Bengkel Provis Autolab, aku Jasin, sudah beroperasi sejak 1996 di domisili yang sama hingga saat ini. Bengkel ini tergolong umum karena melayani hampir seluruh merek dan model, tanpa ada spesialisasi. Fokus pengerjaan hanya pada mesin dan kaki-kaki mobil saja bukan perbaikan bodi atau interior.
Tapi, ada satu layanan unggulan yang ditawarkan bengkel ini, yakni meningkatkan performa mesin tanpa memasang komponen aftermarket. Metode ini disebut dengan Tune Up Semi Sport atau disingkat TUSS.
Stevanus Jasin, Owner Provis Autolab, mengatakan, TUSS awalnya dilakukan sejak 1998. Menariknya, metode ini kemudian disebut sebagai sebuah penemuan dan dipatenkan sejak 2012. Tergolong jarang layanan perbengkelan sampai diajukan hak cipta secara resmi ke pihak berwajib.
Semenjak itu, diklaim sudah ada ratusan unit mobil yang merasakan efek positif dari TUSS. Walau demikian, Jasin tak mau merinci formula TUSS. Ia mengatakan, metode ini pada dasarnya adalah penyempurnaan pembakaran di ruang mesin.
Di mana penyempurnaan tersebut dilakukan melalui serangkaian settingan komponen mesin, mulai dari cylinder head, katup, bentuk ruang bakar, saluran intake, hingga exhaust.
“Tidak ada batasan usia kendaraan untuk TUSS, kami terima semua merek dan segala konfigurasi mesin. Jadi tidak ada istilahnya mobil keluaran terbaru, sudah canggih, tidak perlu di-TUSS lagi,” ujar Jasin, kepada Kompas.com belum lama ini.
Omongan Jasin ini terasa seperti bualan. Tapi, ketika tengah berkunjung di antara puluhan mobil konsumen yang ada pada bengkel, terlihat satu unit mobil sport bermerek Jerman lansiran terbaru 2021, lagi melakukan metode ini.
"Ini salah satu pelanggan setia kita, hampir semua mobilnya minta di TUSS. Khusus ini baru keluar dari dealer, langsung di bawa ke sini," kata Jasin.
Menurut Jasin, TUSS perlu dilakukan karena pabrikan tidak membuat mobil produksi massal dengan tingkat kepresisian yang tinggi.
“Pabrikan tidak bisa mengalokasikan lebih banyak dana dan waktu untuk mobil umum yang diproduksi massal. Beda dengan AMG atau GTR (Nissan) yang sengaja menciptakan mesin mobil berperforma tinggi dirakit pakai tangan manusia. Kami masuk di celah itu, memperbaiki tingkat kepresisian,” ucap Jasin.
Musuh
Metode TUSS yang jadi andalan bengkel ini juga bukan tanpa hujatan dari berbagai pihak. agen tunggal pemegang merek (ATPM) dan bengkel resmi tentu saja jadi salah satu sisi yang tidak merekomendasikan layanan apapun di luar payung bisnis mereka.
Namun, konsumen tentu saja punya kebebasan untuk memilih layanan perawatan bagi kendaraan pribadi.
"Kami banyak musuhnya, karena memang kami selalu menjaga rahasia TUSS yang bisa bertahan puluhan tahun, sampai saat ini," kata Jasin.
Mobil yang sudah melakukan TUSS, memang tidak akan terlihat bedanya secara fisik. Namun, diklaim akan terasa perbedaan performa mesin dibandingkan standar saat dikendarai.
“Tampilan mesin TUSS masih standar, setelan mesin standar, ECU juga standar, tidak terdeteksi. Setelah di-TUSS mau kembali ke bengkel resmi juga bisa,” kata Jasin.
Meski begitu, Jasin mengatakan, TUSS bukan untuk membuat mobil menjadi lebih kencang. Tapi, sekadar meningkatkan efisiensi pembakaran, yang dampaknya bisa beragam tergantung kondisi mobil masing-masing.
“Pembakaran yang baik adalah tujuan dari semua pabrikan mobil pada saat merancang mesin baru. Apabila pembakaran baik maka banyak efek-efek positif yang akan dihasilkan,” ujar dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/10/05/110200715/meningkatkan-performa-mesin-dengan-metode-paten