JAKARTA, KOMPAS.com – Jalan Tol Trans Jawa saat ini memang menjadi jalur yang sering dilewati bus AKAP. Dengan adanya jalan tol tersebut, waktu tempuh bus AKAP juga semakin singkat.
Namun, jalan tol kerap dijadikan arena balap oleh pengemudi bus. Misalnya ada yang menyalip dari bahu jalan, memacu busnya secepat mungkin, mepet dengan bus lain atau tetap ngebut dalam kondisi hujan.
Padahal, kejadian kecelakaan bus di jalan tol juga cukup sering terjadi, mulai dari tabrak belakang sampai tergelincir.
Namun mengapa para pengemudi bus masih saja melakukan aksi seperti itu walaupun berbahaya?
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu mengatakan, pengemudi bus yang melakukan aksi tersebut masih kurang kemampuan afektifnya, misal seperti mengkaji risiko, enggak tahu apa yang bisa terjadi dari apa yang dilakukan.
“Kemampuan atau pemahaman persepsi dan risiko pengemudi bus dari aktivitas yang dilakukan itu sangat rendah. Kenapa mereka tetap melakukannya, karena pengetahuan dan pemahaman dari apa yang dia lakukan itu tidak ada sama sekali,” ucap Jusri kepada Kompas.com, Senin (24/5/2021).
Jusri mengatakan, walaupun pengemudi sudah bertahun-tahun mengemudi bus dan terampil, tapi tidak paham apa yang dilakukannya.
Hal ini dikarenakan mereka terampil karena terbiasa, bukan karena dia paham dan mengerti apa yang dilakukan.
“Dia enggak tahu kalau ban punya kemampuan yang menurun saat melintasi lintasan basah. Mereka juga enggak tahu dampak dari momentum dari kecepatan yang dilakukan,” kata Jusri.
Pengemudi terampil karena terbiasa, tapi tidak memiliki nilai-nilai kompetensi. Menurut Jusri, kompetensi itu adalah seseorang yang benar-benar memahami tentang pengetahuan, memiliki skill serta attitude atau perilaku positif.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/05/25/132100015/sopir-bus-banyak-yang-jago-tapi-tidak-kompeten