Dalam video yang diunggah akun Instagram @infokediriraya itu, diduga warga marah karena sejumlah pengendara berkerumun kemudian geber-geber motor atau blayer.
Menanggapi hal tersebut, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, tindakan warga tersebut tidak dibenarkan tapi bisa dimengerti.
"Kalau sekarang masyarakat marah, kita lihat ialah bentuk keresahan masyarakat. Sebab orang yang geber-geber itu sudah miskin empati dan itu menimbulkan pelanggaran lain," katanya kepada Kompas.com.
Di sisi lain, orang yang blayer motor terlebih dengan knalpot racing dan membuat orang lain tidak nyaman ialah salah satu contoh bahwa orang tersebut tidak punya empati.
"Perilaku semacam itu menunjukkan bahwa sebagian perilaku kurangnya empati kita dengan sesama. Tapi itu pun hanya sebagian kesalahan prilaku," katanya.
"Sebenarnya kalaupun itu diredam, hal lain akan tetap ada," kata Jusri.
"Contoh orang yang tidak punya empati ialah yang berhenti di zebra cross, melewati lampu merah, memasuki jalur busway, atau menggunakan sirine yang tidak semestinya," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/01/27/104200715/geber-geber-motor-di-jalan-ciri-pengendara-miskin-empati