JAKARTA, KOMPAS.com – Beberapa hari yang lalu, ada kejadian yang pertama kali terjadi yaitu bus tingkat melewati tanjakan Sitinjau Lauik dalam perjalanannya menuju Kota Padang, Sumatra Barat.
Bus double decker ini merupakan milik PO Pelita Paradep asal Medan Sumatra Utara. Bodi bus yang digunakan yaitu Conqueror dari karoseri Nusantara Gemilang dengan sasis MAN R37.
Bus yang membawa rombongan keluarga pemilik PO Pelita Paradep ini dengan lancar melewati tanjakan Sitinjau Lauik yang curam dan tajam. Tanjakan ini juga terkenal karena banyak kendaraan yang sulit untuk menaklukkannya.
Kemudian banyak yang beranggapan kalau bus double decker akan lebih kesulitan lagi untuk melewati tanjakan tersebut. Bahkan tahun 2019, bus tingkat milik PO Sempati Star harus menurunkan penumpangnya terlebih dahulu agar bisa melewatinya.
Pemilik PO SAN, Kurnia Lesani Adnan mengatakan, PO miliknya memang sering melewati tanjakan tersebut. Pria yang akrab disapa Sani ini juga mengatakan kalau bus double decker akan lebih kesulitan melewati tanjakan yang curam dengan belokan yang tajam.
“Bus double decker agak sulit karena ground clearance nya lebih rendah dari bus biasa. Memang bisa lewat, tapi kalau rutin agak merepotkan,” kata Sani kepada Kompas.com, Minggu (16/8/2020).
Apalagi pada tanjakan Sitinjau Lauik ini memang sering ada kendaraan yang mengalami kendala. Jadi bus double decker akan kurang leluasa mengambil lajur yang lebih melebar agar bisa melewati tanjakan tanpa masalah.
Mengenai ground clearance, Export Manager karoseri Laksana, Werry Yulianto mengatakan, bus tingkat memang memiliki ground clearance yang lebih rendah dari bus pada umumnya.
“Sebenarnya hampir sama saja dengan model lain. Double decker biasanya lebih rendah 2 cm – 4 cm saja,” kata Werry kepada Kompas.com.
Werry menambahkan, rata-rata ground clearance untuk bus tingkat biasanya sekitar 35 cm – 38 cm. Kemudian bus tingkat juga sudah dilengkapi dengan suspensi udara yang bisa diatur ketinggiannya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/08/16/170100515/bus-tingkat-lewat-di-sitinjau-lauik-apa-kendalanya-