Biasanya posisi paddle shift berada di balik kemudi, sehingga membuat pengemudi lebih mudah untuk mengakses tanpa kedua tangan melepas kemudi.
Namun, pada kenyataannya banyak orang yang lebih memilih untuk menggunakan tuas transmisi saat melakukan perpindahan gigi dibandingkan paddle shift.
Alasannya, selain karena sudah terbiasa dengan tuas, ada pula beberapa pengemudi yang juga kurang paham bagaimana mekanisme kerjanya.
Walaupun jarang digunakan tidak menjadikan fitur ini awet dan rawan dari kerusakan.
Owner Worner Matic, Hermas Prabowo, mengatakan, paddle shift pada kendaraan bisa saja mengalami kerusakan karena beberapa hal.
“Kerusakan pada paddle shift bisa saja terjadi karena sistemnya terganggu, korsleting listrik, atau bahkan patah karena penggunaannya yang kasar,” ujar Hermas ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (10/03/2020)
Hermas mengatakan, jika paddle shift mengalami kerusakan pasti bisa di perbaiki, selama tidak patah.
“Kalau hanya gangguan-gangguan saja bisa diperbaiki, kita lihat dulu gangguannya apa, kerusakannya karena apa. Biasanya dicek dulu baru diberikan estimasi harganya. Contoh, ganggguannya karena korsleting listrik kisaran harga perbaikan nya Rp 500.000 sampai Rp 1 juta,” ujarnya.
Tetapi jika paddle shift sudah mengalami kerusakan berat seperti tuasnya patah, maka harus ke bengkel resmi mobil tersebut.
Meskipun beberapa orang mengatakan ketika menggunakan paddle shift bisa memberi sensasi tersendiri layaknya pembalap Formula 1 yang sedang beraksi di lintas balap, tetap harus diperhatikan dan dirawat penggunaannya.
Oleh sebab itu jangan terlalu agresif ketika berkendara, karena jika tuas paddle shift patah, biaya yang dikeluakan tidak sedikit.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/03/11/114200215/jarang-dipakai-paddle-shift-juga-bisa-mengalami-kerusakan