Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perbedaan Bus Buatan Indonesia yang Diekspor ke Luar Negeri

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia memiliki beberapa perusahaan karoseri yang membuat bus. Untuk urusan kualitas, karoseri dari Indonesia bisa diadu dengan bus-bus buatan negara lain.

Dikarenakan kualitasnya yang baik, beberapa negara luar Indonesia yang tertarik dan membeli bus dari Indonesia.

Contoh karoseri yang sudah biasa mengekspor bus nya ke negara lain yaitu Laksana. Karoseri asal Semarang ini sudah mulai mengekspor busnya sejak tahun 2009.

Negara tujuan pengiriman bus dari Laksana yaitu ke Kepulauan Fiji, Timor Leste, dan Bangladesh.

“Sejak 2009 mulai ekspor ke Fiji, lalu pada 2019 kita ekspor ke Bangladesh empat unit bus Legacy SR2 XHD Prime. Tahun ini juga mengirim 10 unit bus yang double decker ke Bangladesh,” kata Werry Yulianto, Export Manager Karoseri Laksana kepada Kompas.com, Senin (9/3/2020).

Perbedaan antara bus untuk pasar domestik dan ekspor tentu saja ada. Salah satunya yaitu harus menyesuaikan regulasi pada negara yang dituju. Adanya perbedaan dimensi bus dan jumlah pintu, membuat harus ada penyesuaian ketika pembuatan.

“Misalnya regulasi di Bangladesh, panjang maksimal dari bus dengan as tunggal yaitu 12,5 meter, sedangkan untuk di Indonesia biasanya 12,8 meter. Artinya harus di desain ulang karena ukuran lambung, kaca, dan bagasi akan berubah,” ucap Werry.

Selain perbedaan dimensi, Rifandy Adrianto, Marketing Staff dari karoser Adi Putro menambahkan perbedaan dari bus yang diekspor yaitu pada bagian setirnya.

Karoseri Adi Putro sedang proses ekspor ke pasar Timur Tengah dan Amerika Selatan yang menggunakan setir sebelah kiri.

“Spesifikasinya sama dengan lokal, hanya berbeda posisi setir, menyesuaikan dengan negara tujuannya. Produk yang diekspor yaitu model Jetbus 3+ HDD, UHD, dan SHD,” ujar Rifandy kepada Kompas.com, Senin (9/3/2020).

Karoseri Adi Putro juga menawarkan dua pilihan untuk sasis bus dengan setir kiri. Pertama yaitu langsung mengimpor sasis setir kiri. Kedua, menggunakan sasis lokal lalu merubah jadi setir kiri dengan persetujuan dari perusahaan pembuat sasis.

“Lebih sulit dan mahal merubah dari setir kanan ke kiri. Karena tidak semua perusahaan sasis memiliki perjanjian untuk proses modifikasi posisi setir oleh karoseri. Jadi lebih mudah jika langsung impor sasis setir kiri,” tutup Rifandy.

https://otomotif.kompas.com/read/2020/03/09/150100015/perbedaan-bus-buatan-indonesia-yang-diekspor-ke-luar-negeri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke