JAKARTA, KOMPAS.com – Belum lama ini Presiden RI Joko Widodo menjawab tudingan Uni Eropa yang menilai produk turunan kelapa sawit Indonesia, khususnya minyak kelapa sawit yang menjadi bahan dasar biosolar B20, tidak ramah lingkungan.
“Uni Eropa memunculkan isu bahwa CPO (Crude Palm Oil) tidak ramah lingkungan. Saya kira isu ini hanya soal perang bisnis antarnegara saja. Sebab, CPO bisa lebih murah dari minyak bunga matahari yang harganya lebih mahal dari CPO,” ujar Jokowi dalam keterangan resmi (12/1/2020).
Menanggapi hal ini, Ahli konversi energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Intitut Teknologi Bandung Tri Yuswidjajanto Zaenuri, mengatakan bahwa secara proses produksinya bisa saja CPO menghasilkan emisi yang lebih banyak ketimbang produksi solar biasa.
Namun hal itu perlu kajian lebih lanjut, sebab jika berbicara performa mesin, terutama saat digunakan kendaraan diesel. Menurut Yus, campuran biosolar justru membuat emisi mobil-mobil lebih ramah lingkungan.
Seperti diketahui, biosolar merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran beberapa kandungan dari rantai panjang asam lemak.
Campuran ini dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel, dan terbuat dari sumber terbarui seperti minyak sayur atau lemak hewan.
“Campuran biosolar B20 itu justru dapat meningkatkan cetane number, selain itu hasil pembakarannya juga menghasilkan lebih sedikit CO (karbon monoksida),” kata Yus kepada Kompas.com (13/1/2020).
“Hasilnya emisi lebih rendah, menurut saya itu klaim dari negara lain yang tidak punya sumber daya tersebut,” ucapnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/01/13/172438315/benarkah-biosolar-b20-tak-ramah-lingkungan