JAKARTA, KOMPAS.com - Era mobil dan sepeda motor listrik mulai terang setelah adanya Perpres No.55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Namun sejalan dengan hal itu, isu lingkungan mengenai limbah baterai pun turut mencuat. Sebab peningkatan populasi kendaraan listrik, sebanding dengan bertambahnya jumlah limbah baterai.
Jarot Raharjo, Peneliti Pusat Teknologi Material BPPT, mengatakan, tahun 2020 saja setidaknya bakal ada 250.000 ton baterai yang dipakai kendaraan lstrik.
"Saya dapat dari sumber dari Kementerian Perindustrian, tahun 2020 itu 250.000 ton, karena berat baterai itu setidaknya 20 persen dari mobil listrik, ini kalau kita perkirakan dari data-data yang dikumpulkan Nissan," kata Jarot di Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Artinya, jika mengacu pada life cycle baterai antara 5-8 tahun, maka paling cepat tahun 2025 sudah ada sebanyak 250.000 ton limbah baterai. Karena itu, jika tidak dicari solusinya, maka cepat atau lambat akan menjadi masalah bagi lingkungan hidup.
"Kalau life cycle baterai antara 5-8 tahun, dalam sekian tahun kita harus mempunyai teknologi pengolahan limbah karena kalau tidak akan jadi isu lingkungan nantinya," katanya.
Karena itu kata Jarot, BPPT sudah mulai melakukan pengkajian daur ulang baterai sejak tahun lalu. Semenjak mulai ramai isu mengenai mobil listrik.
"BPPPT mulai setahun lalu dari isu mobil listrik mulai booming kami mempersiapkan ke depan, karena ini artinya akan banyak limbah baterai. Jadi kami dari PTM mengkaji teknologi bagaimana medaur ulang baterai,"
https://otomotif.kompas.com/read/2019/09/05/192900215/pentingnya-pengolahan-limbah-baterai-mobil-listrik-untuk-lingkungan