JAKARTA, KOMPAS.com - Dari beberapa negara yang ada di Asia Tenggara dan sekitarnya, hanya Indonesia yang masih menyediakan bahan bakar berkualitas rendah. Secara harga memang lebih murah, namun ternyata jika dihitung jangka panjang kenyataannya berbeda.
Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), mengatakan bahwa bahan bakar berkualitas rendah yang dimaksud adalah Premium, Pertalite, Solar (CN 48), dan Dexlite.
"Bahan bakar yang bagus itu setara dengan Pertamax dan Pertamax Turbo. Pertamax sudah sesuai dengan standar Euro 2 dan Pertamax Turbo sudah sesuai dengan Euro 4," ujar pria yang akrab disapa Puput tersebut, di Sarinah, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Puput menambahkan, untuk kendaraan bermesin diesel, sebaiknya gunakan Pertadex yang sudah berstandar Euro 3 atau Pertadex HQ.
"Jadi, masyarakat atau konsumen yang beli bahan bakar tersebut, jangan merasa mahal. Bisa dibandingkan, antara Premium dengan Pertamax," kata Puput.
Puput menjelaskan, jarak tempuh kendaran yang menggunakan Pertamax akan lebih jauh dari yang menggunakan Premium. Jadi, sekalipun Premium harganya lebih murah, tapi begitu digunakan di kendaraan, Pertamax akan mencapai jarak yang lebih jauh. Sehingga, nanti ongkos per kilometer dari perjalanan kendaraan tadi akan sama.
"Jika begitu, kan lebih baik gunakan yang bagus sekalian. Bahan bakar yang bagus juga tidak akan merusak kendaraan. Jika pakai bahan bakar yang berkualitas rendah, bisa menyebabkan knocking atua mesin mengelitik," ujar Puput.
Puput menyebutkan bahwa mesin mengelitik akan menyebabkan detonasi dan beresiko untuk merusak piston. Harga penggantian suku cadang seperti piston juga tidak murah, baik untuk mobil maupun motor.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/08/21/070200915/pakai-pertamax-ternyata-lebih-hemat-dari-premium