JAKARTA, KOMPAS.com - Sepeda motor listrik berbeda dengan motor konvensional bermesin bensin. Pada motor listrik, komponen penggeraknya relatif lebih sedikit, yang terdiri dari tiga unit yaitu motor penggerak, baterai dan kontroler.
Minimnya komponen membuat biaya perawatan motor listrik diklaim jauh lebih irit ketimbang motor konvensional. Bahkan biaya charging atau isi ulang baterai yang memerlukan listrik disebut juga lebih murah daripada isi bensin.
"Jika dihitung akan lebih murah daripada motor konvensional. Sebab motor listrik tidak pakai servis rutin," kata kata Frengky Osmond, Marketing Communication PT Triangle Motorindo, produsen motor listrik Viar Q1 kepada Kompas.com, Kamis (13/6/2019).
Frengky menuturkan, dalam penggunaan sehari-hari, motor listrik hanya memerlukan dua biaya penting yang harus dihitung, yakni pemakaian listrik untuk isi ulang baterai dan pemakaian baterai yang dikorelasikan dengan usia pakai.
Untuk mengisi baterai Viar Q1 hingga penuh sebesar 2 kWh butuh waktu lima jam. Dengan tarif dasar listrik PLN sebesar Rp 1.467 (Juni 2019), maka sekali isi hingga penuh hanya butuh Rp 2.934. Uang tersebut bisa digunakan untuk jarak tempuh 60 km.
"Kemudian kita bandingkan dengan motor konvesional, 60 km sekali isi bensin misalkan RON 90 per liter Rp 7.650 (Juni 2019). Itu belum bisa untuk 60 km. Anggap motornya skutik, dan bisa melaju 40 km per liter, artinya butuh 1,5 liter," katanya.
Hal serupa juga berlaku untuk motor listrik lain, semisal Honda PCX Electric dan Gesits. Seperti diketahui keduanya sudah meluncur di Indonesia, hanya saja PCX Electric belum dijual umum sedangkan Gesits buatan anak bangsa masih dalam pengiriman ke konsumen.
""Perawatan PCX Electric tidak memerlukan penggantian komponen yang dipakai untuk mesin pembakar, namun tetap membutuhkan perawatan berkala sesuai periode service berdasarkan kilometer yang telah ditempuh," kata Ahmad Muhibbuddin, Head of Corporate Communication AHM.
Honda PCX Electric misalnya, dibekali 2 baterai lithium-ion masing-masing berkapasitas 50,4V. Maksimum output-nya tercatat 4,2kW pada 5.500 rpm, dan bisa berjalan sekitar 69 km dengan kecepatan rata-rata 40 kpj saat baterai terisi penuh.
Sistem pengisian Honda Mobile Power Pack ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu swap system dan colok ke stop kontak. Lama pengisian butuh waktu 6 jam mengisi daya dari kondisi kosong. Namun jika quick charge maka hanya butuh waktu 4 jam.
Sedangkan molis anak bangsa, Gesits, menggunakan baterai WIKA BATT buatan WIKA energy. Baterai Lithium Ion NMC (nickel-manganese-cobalt) itu memiliki spesifikasi 72V 20 A. Dalam kondisi penuh bisa berjalan sejauh 70 km.
"Kami punya teknologi sendiri dan merek sendiri. Diharapkan dengan ini industri pendukungnya juga berkembang seperti baterai dan komponen listriknya lain seperti kontroler," kata Harun Sjech, CEO PT Gesits Technologies Indo (GTI).
Biar efisien konsumen bisa mengunakan dua baterai dengan cara yang berbeda yakni dengan cara ditukar dan charging di rumah. Gesits menyebut tukar baterai hanya butuh uang Rp 5.000 dan mendapat baterai penuh yang bisa berjalan 70 km.
Adapun jika melakukan charging di rumah, di atas kertas membutuhkan 5 kWh atau sekitar Rp 7.335 untuk berpergian 70 km. Namun jarak tempuh sangat tergantung gaya berkendara dan kondisi jalan raya.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/08/09/075200315/hitung-ekonomis-pakai-motor-listrik