JAKARTA, KOMPAS.com - Asumsi atau anggapan mobil jarang digunakan lebih awet, rasanya harus disingkirkan jauh-jauh. Pasalnya, mobil kerap menggandang di garasi justru memiliki potensi kerusakan lebih banyak dari yang aktif digunakan.
"Dipakai atau tidaknya mobil harusnya secara perawatan tetap sama. Misalnya tidak dipakai enam bulan, namun sesuai jadwal oli pun tetap harus diganti, tapi risiko mobil jarang digunakan itu lebih banyak rusaknya ketimbang yang rutin," ucap Suparman, Kepala Bengkel Auto2000 Yos Sudarson, kepada Kompas.com pekan lalu.
Suparman menjelaskan ada beberapa komponen pada mobil yang bisa rusak akibat jarang digunakan. Pertama masalah aki, lantaran tidak adaknya siklus arus listrik untuk pengisian ulang, lama-lama aki busi melemah dan tak bisa berfungsi lagi.
Dampaknya saat pemilik akan menggunakan mobil, maka suplai aki tak lagi berguna memberikan listrik untuk proses starter. Kerusakan kedua yang sering terjadi adalah pada sektor kaki-kaki, terutama ban.
Akibat terlalu lama diam, membuat tekanan udara di dalam ban bisa berkurang hingga akhirnya mengempis. Bahkan besar kemungkinan juga bisa menyerang bearing roda karena beban hanya terjadi dalam satu titik saja, tidak ada rotasi atau pergantian tumpuan pada permukaan ban.
"Untuk aki sebenarnya sama saja meski dilepas sekalipun, harusnya bila mobil jarang dipakai itu minimal dipanaskan dua hari sekali agar ada suplai listrik baru. Untuk ban juga demikian, baiknya ketika dipanaskan mobil dibawa jalan agar roda bisa berputar," ujar Suparman.
Selain kedua hal tadi, rem disc brake biasa juga ikut bermasalah. Karena lama tak digunakan piston serta pen kaliper bisa berpotesi karat sehingga ketika mobil digunakan, akan timbul masalah seperti rem yang berbunyi atau pedal rem yang bergetar saat diinjak.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/07/09/164035715/mobil-jarang-digunakan-ini-daftar-penyakitnya