JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan mobil bekas (mobkas) menjadi salah satu sarana alternatif bagi masyarakat. Karena itu, secara penjualan, pasarnya pun terbilang tak pernah sepi peminat.
Namun melihat dari situasi dan kondisi pada 2019 yang memasuki tahun politik dengan adanya pemilihan Calon Presiden, beberapa pedagang memprediksi pasar mobkas akan stagnan.
"Tahun politik ini kan agenda yang dalam jangka waktu tertentu berlangsung, berkaca dari peristiwa di tahun-tahun sebelumnya biasanya pasar mobkas tidak banyak bergerak, bahkan cenderung stagnan. Khususnya untuk kategori mobil-mobil menegah ke atas," ucap Herjanto kepada Kompas.com, Jumat (11/1/2019).
Meski antara penghasilan konsumen dengan tahun politik tidak ada hubungannya, namun situasi Pemilu diklaim akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Kebanyakan orang lebih banyak menahan hingga selesai masa Pemilu.
"Daya beli biasanya landai, kami juga wait and see nanti pasar akan bagaimana. Biasanya mulai terlihat jelang tiga sampai dua bulan mau Pemilu dimulai, tapi mudah-mudah tidak terlalu menggangu," kata Herjanto.
"Kalau dibilang turun drastis tidak juga, contoh di Januari ini pergerakan cukup baik. Untuk tahun politik, kecenderungan membeli mobil seken yang jenis baru atau tahun muda memang biasanya turun, tapi masih tertolong dengan penjualan mobil tahun lawas yang harganya mulai turun," ujar Teddy.
Untuk mobil-mobil keluaran lama yang biasanya menjadi motor pengerak penjualan mobkas seken, menurut Teddy ada beberapa model. Salah satuya Toyota Innova lansiran 2010 sampai 2011 dengan kisaran harga yang sudah terjangkau. Selain itu, beberapa mobil hatchback dan city car lawas.
"Innova manual 2010 itu harganya sekarang Rp 140 sampai Rp 145 jutaan, ini banyak dicari konsumen daerah. Untuk Jazz dan Yaris keluaran 2011, kisarannya Rp 100 sampai Rp 120 juta juga lumayan naik, konsumen banyak cari untuk anaknya yang mulai masuk sekolah atau kuliah," ucap Teddy.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/01/11/152200015/tahun-politik-pasar-mobil-bekas-cenderung-stagnan