Jakarta, KompasOtomotif - Tidak bisa dipungkiri sepeda motor sudah menjadi alat transportasi yang cukup akrab di kalangan masyarakat. Namun sayangnya, banyak yang tidak peduli bahwa kendaraan roda dua juga menjadi kontributor aktif dalam menyumbang angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas.
Bahkan, tingginya angka kecelakaan lalu lintas berjalan seiring dengan meningkatnya penjualan motor. Faktor utama masih didominasi akibat pelanggaran lalu lintas, namun selain itu juga didukung oleh perilaku tidak standar dalam berkendara yang sudah menjadi kultur.
Training Director sekaligus pendiri Jakarta Defensive Driving Center (JDDC) Jusri Pulubuhu, menjelaskan, dalam masyarakat kita sudah terbentuk suatu paradigma yang salah yang membuat terjadinya sub standar dalam berkendara.
Baca : Akibat Pembiaran, Angka Kecelakaan Tumbuh Subur
"Dalam bahasa safety, ada namanya prilaku sub standar yang artinya adalah kebiasaan yang tidak sesuai standar. Hal ini banyak terjadi di sini (Indonesia) dan negara miskin lainnya, sudah menjadi pemandangan yang lumrah karena mereka sudah melihat kebiasaan (sub standar) tadi sejak mereka lahir," kata Jusri kepada KompasOtomotif, Rabu (8/3/2017).
Hal-hal tersebut, lanjut Jusri, sudah tertanam dan menjadi kerangka berpikir yang sulit untuk diubah. Jadi intinya mereka buka bodoh mengenai keselamatan, tapi mereka hanya tidak tahu saja karena sudah tertutup dengan stigma yang terbentuk di lingkungannya.
"Contohnya sudah banyak, seperti anak kecil yang jadi korban karena posisi bonceng yang tidak benar, sayangnya kurang ekspos. Kalau dipikir secara logika siapa yang salah, pasti orang tuanya karena membiarkan hal itu terjadi. Belum lagi dari kebiasaan lain yang berbahaya, main ponsel, berkendara dengan sandal, dan lain-lain," ucap Jusri.
"Banyak yang tidak sadar bila jalan raya itu seperti ladang predator. Orang yang mengerti akan bahaya cenderung menjadi kamu minoritas akibat lebih dominan paradigma yang salah, pola ini harus bisa diubah," kata Jusri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.