Hal yang menjadi perhatian khusus, lanjut Uchida, adalah kandungan sulfur pada bio solar di Tanah Air. Di India, kadar sulfur yang dikandung dalam solar hanya 250 ppm. Kadar tersebut sudah cukup untuk spesifikasi yang dimiliki Mobilio Diesel. Sedangkan bio solar memiliki kadar hingga 3.000 ppm yang artinya jauh di bawah rata-rata dan masuk kategori tidak sesuai.
Sebenarnya ada solar yang mendekati spek seperti di India dan bisa dipakai, yakni Pertamina Dex dan Shell Diesel. Keduanya punya kadar sulfur sekitar 500 ppm. Namun banderol yang cukup mahal menjadikan hal ini salah satu ganjalan untuk menjual Mobilio versi diesel. Sebab, secara psikologis dan segmentasi, konsumen akan mencari bahan bakar yang lebih murah.
Efek
Ketika terus dipaksakan mengonsumsi solar yang tidak sesuai, maka usia mesin akan lebih pendek. Beberapa komponen, lanjut Uchida -tanpa menyebutkan lebih spesifik- akan mudah rusak. Bahkan konsumen diwajibkan sering mengganti saringan solar dengan jangka waktu pendek (sekitar 5.000 km).
"Sebenarnya bisa saja kita menyetel ulang ECU Mobilio supaya bisa menggunakan bio solar. Tapi ketika hal tersebut dilakukan, tentunya banyak hal yang bakal berubah. Seperti tenaga akan lebih kecil dan paling penting adalah konsumsi bahan bakar yang menjadi tidak efisien. Ditambah lagi jarak servis berkala yang pendek," beber Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran dan Layanan Purna Jual HPM, di kesempatan yang sama.