Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Volvo, Mobil "Eksekutif" yang Terlupakan

Kompas.com - 06/11/2009, 03:36 WIB

Di masa lalu, setiap kali akan ada pelantikan menteri-menteri baru, nama Volvo, perusahaan pembuat mobil asal Swedia, selalu disebut-sebut. Itu tidak mengherankan, mengingat sejak tahun 1974, Volvo, dalam hal ini Volvo 264, ditetapkan sebagai mobil dinas para menteri.

Sejak saat itu, para menteri datang dan pergi, tetapi Volvo tetap menjadi mo- bil dinas para menteri. Volvo 264 diganti dengan Volvo 740, Volvo 960, dan terakhir Volvo S90.

Penetapan Volvo sebagai mobil dinas para menteri memberikan status tersendiri bagi mobil yang dikenal sebagai mobil yang aman (safe). Bahkan, dalam perkembangan selanjutnya, Volvo dikategorikan sebagai mobil para eksekutif. Sebab, Volvo juga digunakan sebagai mobil resmi tamu negara, mobil dinas pimpinan lembaga tinggi dan tertinggi negara, serta mobil pimpinan perusahaan.

Dan, ini membuat PT Central Sole Agency yang memasukkan Volvo di Indonesia tak perlu bersusah payah menjual mobil-mobil Volvo di Indonesia.

Namun, pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, diputuskan untuk menggunakan Toyota Camry sebagai mobil dinas para menteri. Keputusan pemerintah untuk mengganti Volvo dengan Toyota Camry itu membuat PT Central Sole Agency serba salah. Sebab, PT Central Sole Agency secara tiba-tiba kehilangan segmen yang selama ini menjadi pasar tradisionalnya, yakni segmen mobil para eksekutif.

Petinggi PT Central Sole Agency bingung mencari segmen baru untuk digarapnya. Mau menggarap pasar eksekutif muda 30-40 tahunan, tidak bisa karena sudah telanjur diberi cap sebagai mobil para eksekutif yang berusia 50 tahunan ke atas. Mau menggarap segmen sedan fullsize papan atas, pesaingnya sudah sangat banyak, mulai dari Audi A8, BMW Serie 7, Jaguar XJ8, Lexus LS 460, sampai Mercedes Benz S-Class.

Tidak mudah

Sebagai pendatang baru, tentunya tidak mudah bagi Volvo bermain di di segmen sedan fullsize papan atas. Sebab, meskipun Volvo masuk kategori sedan fullsize papan atas, petinggi PT Central Sole Agency tidak pernah serius menggarap segmen sedan fullsize papan atas. Kehadirannya sebagai mobil para eksekutif selama ini tampaknya membuat PT Central Sole Agent lengah. Dan, ketika Volvo ditinggalkan oleh pemerintah, pijakannya di segmen sedan fullsize papan atas lemah.

Mobil-mobil keluaran Volvo adalah mobil-mobil yang bagus dan berkualitas, tidak kalah dibandingkan dengan mobil-mobil papan atas lainnya. Namun, perubahan kebijakan pemerintahlah yang membuat Volvo seperti terlupakan.

Apalagi, ketika pemerintahan baru terbentuk pada 22 Oktober 2009, diputuskan untuk mengganti mobil dinas para menteri dengan Toyota Crown Royal Saloon, yang kelasnya satu tingkat di atas Toyota Camry. Volvo pun semakin terlupakan.

”Kami tetap ikut memasukkan penawaran, tapi pemerintah memilih merek lain,” kata Paulus B Suranto, CEO PT Indobuana Auto Raya, yang menjual mobil Volvo. (JL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com