JAKARTA, KOMPAS.com – Bocoran Perpres kendaraan listrik terbaru (Sesuai Pembahasan 6 September 2018) yang masuk ke redaksi KOMPAS.com, dianggap belum memihak produk lokal. Padahal ada harapan besar di situ buat pengembangan anak bangsa.
Ini seperti disampaikan Muhammad Nur Yuniarto, Peneliti Kendaraan Listrik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan juga kepala proyek calon skuter listrik nasional Gesits kepada KOMPAS.com, Selasa (30/10/2018).
Dirinya mengungkapkan, salah satu yang digarisbawahi Nur adalah soal insentif yang diberikan, di mana tak ada pembeda antara merek lokal dan pihak asing, yang berasal dari luar negeri.
“Seharusnya Ada pernyataan yang memihak ke produk lokal yang R&D dan mereknya dilakukan dan dimiliki oleh Indonesia. Termasuk di dalamnya insentif yang akan diberikan. Seharusnya insentifnya dibedakan antara industri nasional (merek nasional) dan industri asing (prinsipalnya dari luar negeri),” ujar Nur.
Baca juga: Sebelum Perpres Kendaraan Listrik Diteken, Ingat Spirit Nasionalisme
Sejak rencana Perpres mencuat ke publik pada 2017 lalu, Nur merupakan salah satu pihak yang cukup keras mengutarakan ide-ide, supaya kepentingan untuk perkembangan dan kemajuan anak bangsa bisa diakomodasi pada Perpres tersebut.
Dalam pernyataan tertulis yang pernah dikirim kepada KOMPAS.com, menanggapi Perpres Kendaraan Listrik seraya membangkitkan semangat, Nur mengatakan, selagi semua negara di dunia masih dalam taraf se-level soal kemajuan pengembangan kendaraan listrik, Indonesia punya kans sangat besar untuk menjadi pusat pengembangan kendaraan listrik di dunia.
“Kesempatan Indonesia untuk berbicara di kendaraan listrik sama besar, dengan kans Indonesia (sudah terbukti) untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri di bidang teknologi informatika, seperti Gojek, Traveloka, Blibli, dan yang terbaru Tokopedia yang berhasil mendatangkan investasi puluhan triliun rupiah,” ucap Nur.
“Saatnya pemerintah mau mengapresiasi kemampuan otak anak bangsa sendiri, menuju Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat dan memiliki harga diri,” kata Nur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.