Jakarta, KOMPAS.com – Perusahaan penyedia teknologi dan layanan global, atau dikenal dengan produsen komponen kendaraan Bosch, gandeng Kementerian Perhubungan untuk kampanye keselamatan jalan raya.
Keduanya bakal berkolaborasi untuk memperkuat kesadaran masyarakat, akan pentingnya keselamatan di jalan raya serta penyelenggaraan kegiatan edukatif bersama. Tujuannya, peningkatan pemahaman masyarakat tentang manfaat teknologi keselamatan kendaraan.
Pada 2011, pemerintah Indonesia mengumumkan Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK), yang targetnya mengurangi jumlah kecelakaan fatal hingga 50 persen di 2020. Salah satu pilar aksi RUNK, memastikan seluruh kendaraan di Indonesia dilengkapi teknologi yang dapat melindungi pengendara, dan pengguna jalan lainnya dari kecelakaan.
Baca juga : Cara Malaysia Meningkatkan Keselamatan pada Mobil
”Bagi Bosch, setiap kematian yang terjadi akibat kecelakaan di jalan raya sangatlah disayangkan. Kami percaya, implementasi teknologi keamanan kendaraan modern seperti Anti-Lock Braking System (ABS) dan Electronic Stability Program (ESP/ESC) bisa membantu mengurangi jumlah kecelakaan di Indonesia,” ujar Andrew Powell, Managing Director Bosch Indonesia dalam siaran resminya, Rabu (14/3/2018).
Pada 1995, Bosch mengembangkan teknologi ABS dengan menghadirkan Electronic Stability Program (juga dikenal dengan ESP atau ESC) pertama di dunia. Komponen tersebut sudah terpasang di 64 persen mobil baru global. Di Eropa, ESP diklaim sudah selamatkan 8.500 lebih nyawa, dan mencegah tak kurang dari seperempat juta kecelakaan lalu lintas.
Bosch juga sudah pernah mendemonstrasikan ABS 10 untuk sepeda motor, di ajang Indonesia Motorcycle Show (IMOS) pada 2016 lalu. ABS 10 hadir dengan ukuran yang lebih kecil dan ringan, serta didesain khusus untuk pasar ASEAN.
Baca juga : Toyota Dukung Pemerintah Tambah Fitur Keselamatan Wajib
“Mengusung visi berkendara bebas kecelakaan, solusi teknologi terdepan dari Bosch dapat membantu menciptakan perubahan, dalam peningkatan keselamatan pengguna jalan raya di Indonesia,” tutur Andrew.
Negara tetangga seperti Malaysia saja pada Juni 2018 nanti, akan memberlakukan aturan baru, di mana setiap mobil yang dipasarkan harus memiliki fitur electronic stability control (ESC), demi keselamatan berkendara. Negeri Jiran tersebut jadi yang pertama di Asia Tenggara memberlakukan aturan tersebut.
Sebelumnya pada 2016 ada Australia lebih dahulu mewajibkan adanya ESC, tapi untuk kendaraan komersial ringan, di mana Suzuki Indonesia akhirnya menyetop ekspor ke sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.