Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yamaha Bakal Main di Sport Retro, Kalau...

Kompas.com - 19/01/2018, 20:05 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

Jakarta, KOMPAS.com - Meskipun perkembangan teknologi otomotif sudah modern, namun tren motor sport klasik tetap jadi primadona. Modifikasi berbagai varian dari aliran retro banyak ditemui melintasi jalan raya.

Bahkan, Kawasaki Motor Indonesia (KMI) ikut berpartisipasi meramaikan segmen ini dengan meluncurkan motor retro untuk kelas low end, yakni W 175 pada November 2017 lalu.

Jejak Kawasaki belum diikuti oleh dua rivalnya, Yamaha dan Honda. Di segmen sport kelas low end, kedua pabrikan tersebut masih asyik bermain di sport fairing atau naked.

Lantas kira-kira, kapan Yamaha ikut bermain di segmen ini?

Baca juga : Honda Belum Tergiur Ikuti Segmen Retro

Modifikasi Bajaj Pulsar Cafe RacerStanly/Otomania Modifikasi Bajaj Pulsar Cafe Racer
Deputy GM Marketing PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Eddy Ang menilai bahwa beberapa tahun belakangan, segmen retro atau klasik memang kembali tumbuh. Sebelum Indonesia, di Eropa sudah lebih dulu. Namun saat ini, segmen sport klasik di Indonesia masih kecil.

Jika dilihat dari data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan motor sport pada 2017 hanya sekitar 10 persen. Jumlah ini belum dibagi atas beberapa jenis dari segmen motor sport yang ada di pasar otomotif nasional,  misalnya sport naked, fairing, dan trail.

"Fairing dan naked paling tiga hingga empat persen. Cafe racer (klasik) pun ada peminatnya, tapi apakah jumlah (pasarnya) cukup untuk dimakan ramai-ramai?," kata Eddy saat dihubungi, Jumat (19/1/2018).

Baca juga : Bermodal Rp 22 Juta, CBR 250 Disulap Jadi Cafe Racer

Menurut Eddy, saat ini cara pandang masyarakat terhadap motor belum pada soal kepuasan atau gaya hidup. Bagi masyarakat Indonesia, motor masih diartikan sebagai alat transportasi. Oleh karena itu, Yamaha di pasar otomotif Indonesia belum berminat main di segmen ini.

"Seberapa besar sih pengunaan motor yang untuk show off? Saat ini 70 hingga 80 persen masih berdasarkan alasan fungsional," kata Eddy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau