Depok, KompasOtomotif - Para pebisnis sepeda motor yang kerap mengimpor secara completely built up (CBU) ke Indonesia mengeluhkan mengenai sulitnya mendatangkan produk tahun ini. Keran sengaja diperketat mengikuti kebijakan pembatasan impor yang kini dilakukan pemerintah.
Motor CBU adalah motor yang diproduksi dan didatangkan secara utuh dari luar negeri. PT Hobby Motor Indonesia (HMI), selaku pemasar merek Ural asal Rusia, menyatakan kalau proses impor motor CBU semakin sulit dilakukan.
"Biasa tiap tahun makin sulit. Entah yang regulasinya berubah, atau pajaknya yang naik," kata Direktur Utama HMI Ramadhani Wicaksono kepada KompasOtomotif, Rabu (2/11/2017).
Dhani, sapaan Ramadhani, mencontohkan kesulitan yang mereka alami saat mengajukan uji tipe dan uji emisi gas buang untuk motor produksi asal Rusia, Ural. Hal itu terjadi pada pertengahan tahun 2017.
Saat itu, kata Dhani, tipe motor Ural yang hendak mereka jual sempat dinyatakan tidak lulus uji emisi. Padahal saat itu HMI sudah mendatangkan teknisi langsung dari Rusia untuk menyeting motor yang sebenarnya juga sudah dinyatakan lulus EURO IV.
Baca juga : Yamaha Indonesia Luncurkan Skutik CBU Terbaru
Setelah melakukan berbagai cara, barulah kemudian motor Ural yang hendak dijual oleh HMI dinyatakan lulus uji emisi dan diizinkan didistribusikan di Indonesia.
"Ini agak unik nih. Padahal kita tahu polusi di Indonesia, terutama di Jakarta lumayan parah ya," ucap Dhani.
Produsen dan distributor perlengkapan balap AHRS yang juga salah satu importir KTM di Indonesia, mengeluhkan hal yang sama. Counter Marketing AHRS Reza Hendra menyatakan selama tahun 2017, pihaknya baru bisa menjual lima unit motor CBU. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, motor CBU yang bisa dijual bisa mencapai 20-30 unit.
"Sudah ada lagi sih tujuh yang lagi inden. Tapi datangnya lama. Biasanya bisa datang Juni, sekarang baru bisa November," kata Reza saat ditemui KompasOtomotif di AHRS Racing Shop, Depok, Rabu (1/11/2017).
Reza mengatakan motor CBU jadi sulit diimpor karena proses mendatangkannya memakan waktu yang lama. Hal ini berdampak terhadap keengganan konsumen untuk membeli.
"Karena datangnya lama, orang jadi males. (Contohnya) sudah deal soal harga, cuma karena inden 1-2 bulan, jadi dianggap kelamaan," ujar Reza.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.