Jakarta, KompasOtomotif – Dari sepeda motor produksi massal, dipakai balapan, dibikin replika mainan dan berakhir di ranah modifikasi. Itulah siklus Honda CB750 Racing yang memenangi balap Daytona 200 pada 1970 ini.
Honda yang satu ini tidak hanya sukses untuk penjualan, juga di lintasan balap. Tamiya membuatnya dengan skala 1:6. Setelah itu menjalar ke modifikator, menginspirasi penggila balap klasik, termasuk Nugroho untuk menghidupkan kembali sang legenda.
Dia membangun versi modifikasi dibantu oleh Donny Ariyanto dari Studio Motor di Jalan Kesehatan Raya, Bintaro, Jakarta Selatan. ”Saya melihat mainan replika Honda CB750 cafe racer saat jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Langsung terbayang, kalau saya mengendarainya, pasti jadi pusat perhatian,” ujar Nugroho.
Rongsokan
Modal awalnya, Honda CB750 buatan 1972 dengan kondisi cukup mengenaskan. Bahkan hampir menjadi rongsokan karena tak pernah dirawat dengan benar. Untung, mesin nyaris asli, memudahkan proses modifikasi dan penyetelan mesin.
Rangka orisinal sedikit diubah, khusus di bagian belakang. Untuk membuat fairing dan buntut, dipilih pelat galvanil 1 mm. Sedangkan untuk tangki pakai pelat yang sama, 1,2 mm. Desainnya dibuat semirip mungkin dengan versi balap maupun replika Tamiya.
Sokbreker depan asli dicopot, diganti copotan dari Suzuki Bandit 400 yang lebih besar. Pelek orisinal 19 inci dipertahankan, tapi kini dibalut ban lebih fashionable, yaitu Firestone Deluxe Champion 4.00-19 di depan dan 4.00-18 di belakang. ”Biar klasiknya makin keluar. Kalau diganti pelek aneh-aneh, penampilannya malah rusak," imbuh Donny, sang modifikator.
Kini saatnya menghidupkan mesin. Setelah berfungsi dengan baik, hampir semua bagian mesin dilabur hitam dof agar berkesan bersih. Pada proses pengerjaan terakhir, dipilih peranti-peranti pendukung seperti setang, lampu, pijakan kaki. Modelnya disesuaikan dengan aura balap klasik. Empat pipa gas buang asli dicopot, dibuat kustom garapan Asky Muffler.
Klasik Mewah
Tongkrongan yang mulai kentara dibalur cat warna red candy dengan corak garis (stripping) putih. Sentuhan akhir menggunakan pernis dari Spies Hecker agar selalu kelihatan ”basah”. Warna ini sedikit lebih tua dari versi aslinya yang mengarah ke oranye tua. Namun kini, kesan mewahnya justru lebih kentara. Jika pada replika fairing-bernomor ”2”, Nugroho memilih ”28”, tanggal lahirnya.
Sepeda motor ini pun mendapat perhatian khusus dalam ajang Kustomfest yang diselenggarakan di Yogyakarta Oktober 2012 silam. Tampilannya paling nyeleneh di kelas Japan Main Head. Bravo!