JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil matik dengan transmisi CVT (Continuously Variable Transmission) menawarkan perpindahan gigi yang halus dan diklaim lebih hemat bahan bakar.
Namun, di balik keunggulannya, ada kelemahan. Freddy Karya, supervisor Dokter Mobil (Domo) Transmisi di Kelapa Gading, Jakarta, menjelaskan bahwa biaya perbaikan transmisi CVT lebih mahal jika terjadi kerusakan.
Baca juga: Tidak Boleh Sembarangan, Begini Prosedur Razia Kendaraan yang Benar
Sebagai contoh, jika sabuk CVT putus, pemilik mobil harus menggantinya, dengan harga sabuk yang bervariasi, namun rata-rata mencapai belasan juta.
"Belasan juta. Itu hanya belt saja, belum termasuk pulley," ujar Freddy saat ditemui Kompas.com, akhir pekan lalu.
Freddy menambahkan, bahwa dia merasa tidak nyaman membahas harga, mengingat harga adalah hal yang sensitif.
"Kami tidak mau mengganggu bengkel lain yang mungkin memiliki standar harga berbeda. Kami tidak ingin dianggap murah atau banting harga," katanya.
Baca juga: Mobil Dinas Presiden Masih Andalkan Mercedes-Benz
Dia juga menjelaskan bahwa biaya penggantian suku cadang mencakup lebih dari sekadar harga spare parts.
"Ada cara hitungnya, suku cadang sudah diketahui harganya, ditambah waktu pengerjaan, tenaga, oli, dan filter matik, semua harus dikalkulasi," ujarnya.
"Mungkin ada bengkel yang lebih murah, tetapi misalkan oli dipakai lagi atau filter tidak diganti, padahal kampas kopling pun ada di CVT meski sedikit, tidak sebanyak pada AT konvensional. Namun, tetap perlu ada kampas untuk maju dan mundur," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.