Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2.200 Mobil “Hybrid” di 2025, Apa Gaikindo Sanggup ?

Kompas.com - 21/04/2017, 07:42 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Coba mengejar ketertinggalan, industri otomotif nasional mulai ditantang untuk bergerak maju. Melalui Perpres Nomor 22 Tahun 2017 mengenai Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pada 2025 diharapkan Indonesia sudah memiliki populasi mobil listrik atau hybrid sebanyak 2.200 unit.

Pertanyaannya, sanggupkah industri mobil dalam negeri memenuhi target tersebut? Di mana disebut pihak Institut Otomotif Indonesia (IOI), itu merupakan angka yang kecil dan terlihat tidak serius.

Baca juga : Target Ribuan Mobil “Hybrid” pada 2025, Dianggap Main-main

Menjadi penyambung lidah antara Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) kendaraan roda empat di Indonesia dan pemerintah, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) coba menaggapi hal tersebut, walaupun apa yang dikatakan nampanya tidak langung menjawab esensi pertanyaannya.

“Begini, dengan memberikan tarif penyesuaian perpajakan (insentif) dalam hal ini PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) program-program tersebut (RUEN) bisa berjalan ( pengurangan emisi karbon di 2030 ),” ujar Jongkie D Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kamis (20/4/2017).

“Kita semua tahu, hybrid itu dari sananya sudah mahal, karena ada dua mesin, tetapi kita di Indonesia juga harus tahu, memang kendaraan ini hemat BBM, karena tujuannya penurunan gas rumah kaca. Jadi sudah memenuhi standar, dan apakah berlebihan kalau kami katakan, oke deh berikan insentif, dalam arti kata tarif PPnBM-nya kami turunkan,” ujar Jongkie.

Pihak industri yang diwakili Gaikindo, nampaknya akan menyangupi ketika insentif sudah ada di depan mata, yang diberikan kepada mobil hybrid impor, dan belum berpikir untuk produksi lokal terlebih dahulu. Tampak seperti analogi telur dan ayam.

“Kalau diberikan insentif (mobil hybrid Impor), dan terlihat demand-nya besar, saya yakin nanti akan merakit lokal, tidak perlu disuruh juga pasti kami akan assembling di sini. Jadi itulah, kasih dahulu insentifnya, harganya nanti turun jauh. Kemudian begitu yang membeli banyak, mereka akan rakit deh di dalam negeri, dan pasti jalan,” ujar Jongkie.

“Karena saat ini mobil hybrid sangat mahal harganya. Walaupun disebut kelebihannya irit bahan bakar dan bisa mengurangi polusi udara, orang tetap lihat harganya yang mahal banget,” ucap Jongkie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau