Jakarta, KompasOtomotif – Teknologi otomotif dunia terus berkembang pesat, dari jamannya mesin dengan karburator hingga sekarang mobil berbahan bakar air (hidrogen), hingga otonomos. Indonesia wajib mengikuti kalau tidak mau ketinggalan.
Pengembangan teknologi otomotif yang kian canggih punya satu tujuan, yaitu menghasilkan kendaraan ramah lingkungan. Hampir semua negara berkomitmen seperti itu, tidak terkecuali Indonesia.
Buat mengikuti perkembangan, alih teknologi ke Indonesia sangat dibutuhkan. Saat ini, standar emisi mobil di Indonesia baru setara Euro II, padahal di dunia mulai beranjak ke Euro VI. Tidak usah jauh-jauh ke Eropa, di Asia Tenggara saja Indonesia masih ketinggalan dari Thailand dan Malaysia yang sudah Euro IV.
Pemerintah sebenarnya sudah menerbitkan aturan soal low cost green car (LCGC) yang mendapat keringanan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) sejak 2013. Aturan ini dikhususkan buat mobil berbahan bakar fosil. Perlu diakui LCGC tidak sukses menggiring pemakaian bahan bakar ke non-subsidi tapi telah mengundang investasi besar.
Setelah itu, sempat dibicarakan wacana peraturan lanjutan, low carbon emission (LCE) yang mengatur teknologi alternatif bahan bakar seperti gas alam (CNG), etanol, biofuel, hibrida, listrik, hingga hidrogen. Tapi hingga sekarang belum jelas kelanjutannya.
“Sebenarnya isu besar kita itu, road map industri seperti apa. Itu yang mesti digarisbawahi,” kata Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono, di Jakarta, Jumat (9/6/2016).
TMMIN adalah salah satu pemain industri besar di dalam negeri. Setiap tahun setidaknya 250.000 unit kendaraan diproduksi di pabrik di Karawang, Jawa Barat, buat memenuhi pasar domestik dan ekspor. Bukan hanya itu, jutaan unit komponen juga rutin dikirim keluar negeri.
Bohong
Warih menjelaskan alih teknologi bisa didapat melalui berbagai cara, salah satunya dari perusahaan join venture. Pilihan itu dirasa paling mungkin sebab butuh waktu sangat lama kalau Indonesia ingin mengembangkannya sendiri.
Menggiring masuk teknologi harus sampai ke tahap industri, sebab tanpa itu tidak ada artinya.
“Teknologi itu kan perlu pendalaman dari awal merebutnya. Selama industri itu tidak ada di sini bohonglah alih teknologi itu,” tegas Warih.
TMMIN sudah menyiapkan produksi teknologi baru, kata Warih. Hal itu tidak begitu sulit dilakukan sebab Toyota sudah punya teknologinya, hanya perlu memindahkannya saja ke Tanah Air.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.