Tangerang Selatan, KompasOtomotif - Setelah pasakan unit WR250R tiba dari Jepang pertengahan Februari kemudian pintu pemesanan resmi dibuka, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) menggelar sesi test ride untuk konsumen, komunitas, dan media, di sirkuit Motorcross PPC Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Minggu (22/2/2015).
Media mendapat kesempatan pertama di pagi hari menguji tiga unit yang telah tersedia. KompasOtomotif turut serta menjajal kemampuan keturunan produk kompetisi motorcross YZ dan model off-road WR ini untuk “menggaruk tanah”. Tersedia banyak rintangan, trek lurus, belokan memutar tajam, kubang dan ragam ketinggian gunduk tanah.
Dimensi WR250R, panjang 2.180mm, lebar 810mm, dan tinggi 1.230mm. Sedangkan jarak poros roda 1.420mm dan tinggi jok 930mm. Saat dicoba posisi riding WR250R memang terasa jangkung, cukup sulit untuk biker dengan postur 170 cm buat menapak kaki di tanah, tapi jinjit masih bisa jadi solusi.
Buat kebanyakan perwakilan media, naik untuk duduk di jok saja sudah tantangan tersendiri. Kendala itu sirna saat pedal gas mulai di puntir. Tarikan awal “bergelora”, walau mesin tidak tergolong special engine tapi kemampuan standarnya 30 tk pada 10.000 rpm, cuma lebih rendah 5 tk dibanding R25. Tapi yang paling diandalkan adalah torsi, yaitu 23,7 Nm pada 8.000 rpm.
Melihat dari spesifikasi itu saja bisa dibayangkan WR250R mengejar performa tinggi di putaran atas. YIMM menjelaskan, mesin memiliki fitur katup intake titanium, forged piston, dan silinder ceramic. Konsep dasar mesin ini juga digunakan pada YZ250F dan WR250F serta diklaim punya ketahanan paling tinggi di kategori 250cc Yamaha.
WR250R merupakan sepeda motor on-off road pertama Yamaha dengan sistem injeksi bahan bakar. Beda dengan kedua model lainnya, seting mesin WR250R dibuat smooth agar tidak mengurangi kenyamanan berkendara. Jangan lupa, meski trail bike, WR250R juga bisa dipakai di jalan aspal.
Rasio gigi pertama dan kedua sudah cukup untuk meladeni semua rintangan sampai ke garis finis. Selama kesempatan dua putaran, tak pernah masuk gigi tiga. Sesekali, tenaga besar membuat ban “pacul” terus mencari traksi sambil “mencakar” tanah. Beda seperti menunggangi sepeda motor sport di trek aspal yang butuh kestabilan posisi riding, di trek tanah gestur pengendara wajib mengikuti goyangan. Soal ini WR250R tergolong mudah dikendalikan.
Suspensi jelas jadi faktor unggulan, di depan sudah dipersenjatai upside-down telescopic fork yang bisa diatur sesuai kebutuhan. Sedangkan di belakang menggunakan swingarm asimetris dan monoshock. Pengaturan keduanya dibuat optimal dan terbukti sanggup menangani rintangan.
Kesimpulan
Untuk kalangan komunitas mungkin saja keputusan YIMM meluncurkan WR250R masih di bawah ekspektasi sebab spesifikasinya salah satu yang terendah di antara genre trail bike 250cc Yamaha. Namun model ini pilihan “manusiawi”, ditujukan untuk konsumen yang tidak fokus pada olahraga motorcross.
WR250R merupakan produk solusi yang membuat sepeda motor off-road Yamaha bisa dipakai di jalan umum. Sebab itu model ini sudah dilengkapi lampu depan dan starter elektrik. Salah satu pertimbangan lain, perawatan WR250R diklaim sangat mudah, beda dengan special engine WR250F atau YZ250F yang butuh perhatian lebih intensif.
Namun masalahnya, harga jual produk CBU Jepang ini masih terbilang tinggi yaitu Rp 93 juta. Rasanya agak sulit untuk bertanding dengan pesaing terdekatnya, Kawasaki KLX 250S, yang dijual Rp 61,4 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.