"Menyetir dengan kondisi ngantuk sama bahayanya ketika mabuk, yang berdampak hilangnya kewaspadaan serta kemampuan berkendara. Efeknya bisa membahayakan orang-orang di sekitarnya dan pengguna jalan lain," ujar Dr Andreas Prasadja RPSGT, Spesialis Gangguan Tidur, RS Mitra Kemayoran, Jakarta Pusat.
Munculnya kantuk karena kondisi badan letih akibat kurang tidur. Menurut Andreas, kopi ataupun suplemen penambah stamina, bukan solusi yang tepat karena sifatnya hanya menunda kantuk, namun tidak mengurangi atau menghilangkan kelelahan otak.
Ciri-ciri
Biasanya dimulai dengan menguap berulang kali yang disertai mata berair. Kepala kerap ditempelkan pada sandaran dan arah mobil sudah mulai tidak lurus (oleng). Namun, terkadang pengemudi sering mengabaikan kendala-kendala tersebut. "Jika didiamkan terus menerus sangat mungkin kerja otak sempat berhenti kendati mata masih melek, seperti layaknya orang melamun. Ini sangat bahaya!" tegas Andreas.
Antisipasi
Langkah preventif untuk menanggulangi gejala tersebut adalah mempersiapkan diri dengan istirahat yang cukup. Tidur minimal 6 jam sebelum melakukan perjalanan. Untuk remaja di bawah 30 tahun, lama tidur yang ideal 8,5 hingga 9 jam. Sedangkan untuk di atas 30 tahun bisa 7 sampai 8 jam.
"Namun ketika rasa kantuk menjelang, obat paling mujarab dan cuma satu-satunya adalah tidur," jelas Andreas. Jadi, saat mengantuk, sebaiknya meminggirkan kendaraan ke tempat aman, teguklah minuman hangat lalu rehat sejenak. Setelah terbangun lakukan olahraga ringan guna merenggangkan otot-otot kaku saat mengemudi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.