JAKARTA, KOMPAS.com - Pilihan mobil hybrid sudah cukup banyak, tapi penjualannya masih belum signifikan. Pasalnya, konsumen di Indonesia masih perlu diedukasi soal teknologi mobil ini.
Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM), mengatakan, konsumen mobil hybrid di Tanah Air masih memiliki banyak potensi. Sebab, pasar mobil hybrid di Tanah Air juga baru berjalan dua tahun.
"Rasanya, potensi masih sangat luas. Masih banyak konsumen yang belum ganti mobil. Mungkin yang baru beli mobil beberapa tahun yang lalu, mungkin mereka belum ganti mobil. Jadi, permintaannya dan animonya juga masih ada," ujar Anton, kepada wartawan, saat ditemui di Jakarta, belum lama ini.
"Sekarang penetrasi hybrid kita kan baru sekitar 7 persenan ya. Kalau lihat dari negara lain, kalai dengan negara maju kan bisa sampai mungkin 20 persen sampai 30 persen, bahkan 40 persen. Jadi, kayaknya potensinya akan tetap ada," kata Anton.
Anton menambahkan, transisi konsumen dari mobil konvensional ke mobil hybrid juga tidak sulit. Sebab, hybrid tidak perlu berubah banyak dari segi mesin.
Menurut Anton, saat ini pasar mobil hybrid sudah menyentuh semua segmen. Segmen muda hingga senior, kota-kota besar bahkan hingga kota kedua atau kota kecil.
"Sebab, memang butuh waktu untuk orang mencerna atau mengenal produk ini (hybrid) apa, perbedaannya apa, pengetahuannya apa. Jadi, kita memang sejak dua tahun belakangan ini, terutama tahun ini dan sampai tahun depan, kita juga terus edukasi mengenai teknologi ini harus kita jalankan," ujar Anton.
"Jadi, konsumen harus mengerti, apa itu BEV, apa itu plug-in hybrid. Sehingga, mereka bisa memutuskan. Tapi, kita sangat yakin bahwa setidaknya di segmen menengah animonya sudah, kesadarannya sudah tinggi. Sekarang bagaimana kita edukasi ke segmen yang lebih bawah lagi," kata Anton.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/11/26/190100815/konsumen-di-indonesia-masih-perlu-edukasi-soal-mobil-hybrid