JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana ganjil genap buat motor keluar dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat acara Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-68 belum lama ini.
Pernyataan tersebut berhubungan dengan kondisi polusi di Indonesia terutama Jakarta yang tidak kunjung membaik. Bahkan, di beberapa wilayah sudah banyak menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
"Beberapa waktu lalu dihadapkan dengan polusi udara, khususnya di DKI Jakarta, 67 persen disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, 26,8 persen dari industri manufaktur, sisanya pembakaran sampah,” ucap Sigit, saat acara Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-68 yang disiarkan secara daring, Selasa (26/9/2023).
Sigit mengatakan, buat ganjil genap ke depannya diharapkan bisa diterapkan juga buat motor. Mengingat sampai saat ini, motor masih belum terkena ganjil genap, sama seperti mobil listrik.
“Ganjil genap tidak berlaku untuk yang menggunakan motor listrik maupun mobil listrik, sekarang motor masih bebas ganjil genap. Tapi suatu saat nanti tolong dipikirkan, karena memang 67 persen emisi kendaraan bermotor menyebabkan polusi,” ucap Sigit.
Soal udara ini tentu jadi keprihatinan bersama, jadi harus bisa dijaga juga. Salah satu langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan beralih ke kendaraan listrik, begitu juga dengan konversi.
Sebelumnya, pada 2020 Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengeluarkan wacana untuk menerapkan ganjil genap bagi sepeda motor pribadi. Namun, kebijakan ini dianggap sulit untuk dilakukan.
Selain itu, ada potensi seperti pemalsuan pelat nomor atau cara lainnya adalah dengan menambah motor. Jadi ganjil genap buat motor ini masih perlu dikaji apa saja dampaknya.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/10/13/062200415/mau-ada-ganjil-genap-motor-dianggap-penyumbang-polusi-udara