YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mobil bekas di pasaran memiliki beragam kondisi dan riwayat perbaikan. Tidak sedikit, unit pernah mengalami masalah dan sempat diperbaiki oleh pemiliknya.
Salah satu perbaikan yang dianggap tidak bisa dilupakan begitu saja adalah turun mesin. Bahkan ada yang beranggapan mobil sudah pernah turun mesin tidak layak dibeli karena berisiko.
Lantas, risiko macam apa yang membuat masyarakat beranggapan mobil bekas pernah turun mesin tidak layak dibeli?
Pemilik Aha Motor Yogyakarta Hardi Wibowo mengatakan layak atau tidaknya mobil bekas untuk dibeli tentu saja ditentukan oleh kondisinya. Khusus soal turun mesin, memang ada catatan yang perlu dipahami oleh calon pembeli.
“Sebenarnya turun mesin atau overhaul adalah proses perbaikannya, sedangkan isinya bermacam-macam tergantung dari kerusakan dan perbaikan yang dilakukan, nah yang perlu diketahui oleh calon pembeli mobil bekas adalah jenis perbaikannya,” ucap Hardi kepada Kompas.com, Selasa (13/6/2023).
Hardi mengatakan perbaikan yang dilakukan di dalam proses overhaul bermacam-macam. Ada perbaikan yang aman dilakukan meski berkali-kali, dan ada perbaikan yang memiliki batas atau limit.
Menurut Hardi selama proses dilakukan dengan baik, ada tahapan kendali kontrol setelah mobil melakukan turun mesin maka tidak masalah dilakukan berkali-kali khusus perbaikan tertentu.
“Seperti mesin yang overhaul karena oli berlumpur, perbaikannya hanya membersihkan komponen, semua hasil pengukuran baik maka aman dilakukan meski berkali-kali, asal pengerjaannya baik,” ucap Hardi.
Sedangkan perbaikan yang ada batasannya, Hardi menegaskan perlu diperhatikan oleh calon pembeli mobil bekas seperti pemangkasan, mengubah ukuran piston, mengubah metal dan sebagainya.
“Misalkan alasan dilakukan overhaul adalah overheat, setelah diukur kepala dan blok mesin melengkung maka perlu dilakukan proses perataan atau pemangkasan, ini ada batas limitnya, sehingga tidak bisa dilakukan beberapa kali,” ucap Hardi.
Bahkan, ketika dilakukan perataan blok mesin hampir mendekati limitnya itu ada penyesuaian yang harus dilakukan agar seal oli tetap bekerja dengan baik.
“Proses perataan blok dan kepala silinder dapat membuat seal crankshaft tidak presisi, akibatnya oli mesin akan terus-terusan bocor jika tidak ditangani dengan apik, dan itu berisiko,” ucap Hardi.
Selain perbaikan blok dan kepala silinder, pengubahan ukuran piston, diameter silinder, dan atau undersize crankshaft itu juga ada batasnya menurut Hardi.
“Pemilik mobil kan dihadapkan dengan pilihan, mau ganti komponen atau melakukan pengubahan ukuran komponen, sedangkan kalau ganti kan harganya tidak murah,” ucap Hardi.
Jadi, anggapan mobil pernah melakukan turun mesin tidak layak dibeli itu mengantisipasi kondisi-kondisi seperti yang disebutkan di atas. Namun, ketika proses perbaikannya optimal dalam artian tidak tanggung maka hasilnya akan baik dan mobil tetap layak dibeli.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/06/13/141200215/mitos-atau-fakta-mobil-bekas-yang-pernah-turun-mesin-tidak-layak-dibeli-