JAKARTA, KOMPAS.com – Honda U-GO memang belum resmi meluncur di Indonesia. Meski begitu, motor listrik ini sudah bisa dibeli oleh konsumen melalui jalur importir umum dengan harga Rp 39 jutaan.
Banyak yang penasaran dengan U-GO, lantaran motor listrik ini menyajikan desain yang mirip dengan motor konvensional.
Beberapa orang bahkan menyamakan tampilan motor listrik ini dengan Honda Beat generasi awal alias ‘Beat Karbu’.
Hal itu memang tidak salah, sebab ketika kami coba menaiki motor ini, impresinya sangat kompak dan ringan.
Redaksi Kompas.com dengan tinggi badan 162 cm, sama sekali tidak kesusahan ketika duduk di Honda U-GO yang memiliki tinggi jok sekitar 730 mm dan bobot 80 kg.
Joknya memang tidak kecil, cukup lebar buat orang-orang Indonesia. Tapi panjangnya kami rasa kurang. Ketika dipakai berboncengan ternyata terasa cukup sempit.
Kemudian, posisi setang menurut kami tingginya pas. Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Pastinya tidak mentok dengan lutut ketika bermanuver.
Namun, memang posisi kaki terbilang agak tinggi bila dibandingkan skutik kebanyakan. Hal ini disebabkan karena letak baterai yang berada di dasar dek.
Tapi luas dek Honda U-GO terbilang besar, cocok dimuati berbagai barang, termasuk galon air. Belum lagi adanya gantungan di dekat setang, membuat motor listrik ini memiliki kepraktisan yang baik.
Saat dipakai berkendara, feeling ringan juga terasa ke pengendalian. Motor terasa lincah dipakai meliuk-liuk di perkotaan.
Kami duga salah satu penyebabnya karena center of gravity Honda U-GO yang baik. Pasalnya semua komponen yang berat, seperti baterai, controller, hingga motor listrik, posisinya berada di tengah-tengah dan di bawah.
Lantas, bagaimana dengan impresi berkendaranya? Sebagai motor listrik entry level, kami cukup kagum dengan cara kerja controller Honda U-GO.
Di mana komponen tersebut bisa mengatur bukaan atau respons gas motor selayaknya motor ICE (Internal Combustion Engine).
Penyaluran tenaga terbilang halus, tidak terlalu mengentak, tapi juga tidak lambat. Feeling bukaan gasnya bisa dibilang mirip dengan motor listrik mahal.
Ketika kami coba di mode Power, terasa entakan motor di sejumlah rentang kecepatan. Jadi bukan cuma di awal, tapi pada putaran menengah masih bisa terasa.
Pemilihan mode berkendara ini bisa dilakukan sambil jalan, sehingga sangat praktis untuk diubah-ubah sesuai kebutuhan.
Pada mode Eco, kecepatan maksimal Honda U-GO berada di kisaran 40 kpj. Sedangkan pada mode Power, bisa mencapai 60 kpj.
Sementara itu, salah satu kekurangan motor listrik ini adalah absennya fitur rem regeneratif. Alhasil ketika pengendara melakukan deselerasi tidak ada efek seperti engine brake.
Termasuk juga fiturnya yang begitu minim. Bahkan fungsi side stand switch, yang bisa mematikan motor dengan menurunkan standar samping tidak ada.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/11/02/082200615/rasa-berkendara-motor-listrik-honda-u-go