BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan 76 Rider
Salin Artikel

"Freestyle Motocross", Olahraga Ekstrem yang Bukan Cuma Butuh Nyali

Atraksi itu Agha lakukan berkali-kali setelah memacu tunggangannya melewati tantangan 5 meter Quarter Pipe Ramp FMX (Freestyle Moto-Cross). Rider asal Pasuruan, Jawa Timur, ini pun mengaku masih merasa ngeri dan takut melakukan tantangan tersebut.

"Quarter pipe yang saya taklukkan ini adalah yang pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Persiapannya juga mendadak, saya baru latihan tiga hari, jadi feel-nya masih deg-degan banget," kata Agha di Sirkuit Powertrack, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten, Selasa (15/5/2018).

Meski begitu, dia tetap yakin bisa menaklukkan tantangan tersebut. Dengan bekal keseriusan dan latihan, dirinya berhasil melalui 5 meter Quarter Pipe Ramp FMX dengan mulus.

Adapun kunci menaklukkan tantangan tersebut, kata dia, ada pada saat motor terbang di udara. Saat itu terjadi, dirinya mendorong motor ke kiri sehingga berubah arah dan jatuh ke matras.

"Kuncinya ada di feeling (saat) landing atau mendarat. Kalau pada gaya freestyle lain, motor mendapat gaya dorongan ke depan, sedangkan ini tunggangan mendapat dorongan ke atas. Jadi saya harus mendorongnya ke samping karena, kalau tidak, motor akan mundur begitu saja," ujar Agha.

Rider yang menjadi juara dalam kejurnas motocross kelas MX2 Novice pada 2009 ini menaklukkan pula tantangan 35 meter Long Table Top. Sama dengan tantangan sebelumnya, atraksi tersebut untuk kali pertama dilakukan di Indonesia.

"Intinya main di power bawah dan kecepatan sepeda motor di awal sebelum jumping atau loncat. Setelah dapat yang pas, barulah bisa melewati tantangan itu dengan baik," kata dia.

Bukan sekadar nyali

Pebalap yang mengawali karier balap dari kerjurnas motocross ini mengatakan bahwa mahir di bidang freestyle motocross tak hanya cukup mengandalkan nyali besar.

Butuh kekuatan otot fisik, terutama di dada dan lengan, agar berhasil melakukan atraksi freestyle. Itulah mengapa dirinya rutin pergi ke pusat kebugaran atau gym untuk melatih otot-otot fisiknya.

Tak cuma itu, kata Agha, konsentrasi tinggi seorang pebalap adalah faktor kunci keberhasilan dalam extreme sport ini. Karenanya ketika sudah mendapatkan trik menaklukkan tantangan, dirinya beristirahat.

"Di freestyle itu butuh konsentrasi tinggi, kalau saya memaksakan malah konsentrasi sering hilang karena keletihan. Risikonya malah bisa jatuh dan berbahaya bagi keselamatan saya," kata Agha.

Hal senada diutarakan Zulmi Aristiawan (18). Crosser yang juga ikut menaklukkan tantangan 5 Meter Quater Pipe Ramp FMX dan 35 meter Long Table Top ini mengatakan, dirinya selalu lari setiap hari supaya bisa maksimal dalam freestyle motocross.

"Setiap hari saya rutin lari selama 20 menit," kata dia.

Adapun untuk menguasai gaya-gaya freestyle motocross, pebalap yang tahun lalu menjadi runner up dalam kejurnas motocross kelas MX2 Novice ini mengaku banyak belajar dari senior-seniornya, termasuk Agha.

Selain aktif di bidang freestyle motocross, keduanya mengikuti pula event balap Trial Games 2018. Event ini sendiri adalah kejuaraan balap berbasis motor trail atau motocross.

Ada dua kategori balap pada kejuaraan tersebut. Pertama, Trail Game Dirt (TGD) dengan trek balap tanah, dan kedua Trail Game Asphalt (TGA) yang menggunakan kombinasi trek tanah dan aspal. Agha sendiri ikut balap TGA dan TGD, sedangkan Zulmi hanya mengikuti TGA.

Bagaimana? Tertarik untuk mengikuti jejak Angga dan Zulmi mencoba freestyle motocross?

https://otomotif.kompas.com/read/2018/05/29/035000815/freestyle-motocross-olahraga-ekstrem-yang-bukan-cuma-butuh-nyali

Bagikan artikel ini melalui
Oke