Jakarta, KOMPAS.com - Motor reguler dan motor berkubikasi besar (moge) diketahui sama-sama memiliki pasaran motor bekas. Motor bekas dari kedua tipe motor tersebut biasanya dapat ditemui di dilernya masing-masing.
Dari keterangan beberapa pengelola diler yang ditemui Kompas.com, baik diler motor bekas biasa maupun moge, memiliki karakteristik konsumen yang berbeda. Diler motor bekas biasa cenderung mengumpulkan motor untuk para calon konsumen pengguna harian, sedangkan moge untuk para pecinta hobi dunia otomotif. Perbedaan ini yang berdampak ke jenis motor yang dijual.
Dari observasi langsung Kompas.com di lapangan, baik pada diler motor bekas biasa dan moge, sama-sama menawarkan motor 250cc dari merek dan model yang serupa, seperti Kawasaki Ninja 250R dan Honda CBR250RR. Tetapi, ada poin yang membuat keduanya jadi berbeda.
Adalah, masalah adalah latar belakang pemilik sebelumnya, yang membuat status kedua motor ini berbeda antara diler motor biasa dan moge. Pada diler biasa, motor sport 250cc seken yang dijual biasanya berstatus tarikan perusahaan pembiayaan atau leasing. Motor baru yang dibeli kredit namun tidak dilanjutkan lagi cicilannya oleh pemilik.
Sementara pada diler moge, mayoritas motor kelas 250cc yang dijual merupakan hasil dari pemilik yang tukar tambah dengan motor lain. Biasanya mereka yang ingin tukar tambah dengan moge dengan kapasitas mesin lebih besar.
Penanggung Jawab Diler R&J Motorsport di Duren Tiga, Jakarta Selatan, mengatakan, mereka tidak mau mengambil motor 250cc jika pemilik hanya menjual tanpa tukar tambah. Pengelola diler juga menyebut tidak ada motor di diler tersebut yang berstatus tarikan leasing, tak terkecuali motor 250cc.
"Untuk yang 250cc itu biasa dari orang yang tukar tambah. Tetap kita ambil kalau mereka mau upgrade (ke CC yang lebih tinggi)," kata Pengelola Diler R&J Rendy Syahputra saat ditemui Kompas.com, Jumat (9/2/2018).
Perbedaan kedua, antara kedua diler adalah kondisi motor bekas yang ditawarkan. Pada diler motor bekas biasanya hanya menjual motor dalam bentuk standar, bahkan ada yang sampai menolak sama sekali kalau ada modifikasi.
Namun, berbeda sudut pandang dari diler moge, motor yang dijual di sini tidak anti-modifikasi. Uniknya lagi, motor bekas modifikasi yang menggunakan aksesori dari merek aksesori ternama malah bisa lebih mahal harganya dari yang standar. Sepanjang perombakan tidak dilakukan di sektor mesin.
"Kalau aksesoris kadang-kadang ada biayanya yang bisa dapat motor satu. Jadi kalau moge tidak ada patokan harga kecuali masih standar," ujar Sales Marketing diler moge seken Moto8 Dodi Suwandi saat ditemui di dilernya di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Hal terakhir yang membedakan motor sport 250cc di diler motor bekas biasa dan diler moge adalah merek. Diler motor bekas biasa cenderung hanya menerima motor dari merek pabrikan Jepang. Pasalnya, tidak lazim, juga relatif jarang konsumen yang mau membeli kembali motor seken berlabel merek non-Jepang.
Tapi tidak demikian di diler moge. Walaupun saat datang Kompas.com tidak menemukan ada motor 250cc dari pabrikan non-Jepang, tapi pengelola diler menyatakan mereka menerima jual beli semua motor dari pabrikan apapun, termasuk untuk motor kelas 250cc. Tapi, dengan catatan, motor tersebut produk pabrikan ternama dan punya penggemar tersendiri di kalangan pecinta moge. Motor 250cc pabrikan non-Jepang yang disebut cukup digemari adalah KTM 250 Duke dan KTM RC 250.
"Kita lihat pasarannya, lihat kondisi motornya. Kalau semua masuk untuk dijual belikan, kita ambil," kata Dodi.
Di luar tiga hal di atas, tidak ada yang membedakan antara motor sport 250cc di diler motor bekas biasa dan diler moge. Sepanjang merek, harga, dan kondisinya sama, harga relatif tidak jauh berbeda. Pengelola diler motor bekas biasa dan moge juga sama-sama menawarkan pembelian dengan cara kredit melalui leasing.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/02/13/084200615/ternyata-ada-perbedaan-motor-250cc-seken-di-diler-moge-dan-biasa