Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Radityo Wicaksono
Master of Engineering, Pencinta F1 dan Penggiat Blog

Full time Aircraft Performance Engineer di Garuda Indonesia & Part-time kolumnis dan narasumber Motorsport (Formula 1, Formula 2 dan Formula E)
Magister Teknik Mesin (INSA Strasbourg, Perancis) & Magister Manajemen (Universitas Pelita Harapan)

kolom

Antara Vettel, ‘Team Order”, dan Kesalahan Raikkonen

Kompas.com - 30/05/2017, 02:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAgung Kurniawan


Monaco, KompasOtomotif
- Sebastian Vettel raih kemenangan ketiga di musim balap 2017, tepatnya seri keenam, di Monaco. Vettel unggul atas rekannya Kimi Raikkonen, yang meraih pole position  pada sesi kualifikasi. Hasil ini membuktikan dominasi Ferrari di street circuit Monaco, di mana Mercedes justru mengalami banyak kesulitan sepanjang sirkuit. Valtteri Bottas hanya finis ke-4, sedangkan Hamilton di posisi ke-7. Namun dibalik kemenangan Vettel ini, sepertinya ada sebuah taktik yang Ferrari untuk memenangkan pebalap asal Jerman ini.

Setelah gagal juara pada dua seri terakhir, Scuderia Ferrari berhasil mendominasi seri Monaco, pekan lalu, sejak sesi latihan pertama hingga balapan, Minggu (28/5/2017). Pada sesi kualifikasi, Kimi Raikkonen berhasil meraih pole position pertamanya sejak musim 2008. Namun pebalap asal Finlandia tersebut tidak mampu memanfaatkan kesempatan ini untuk meraih kemenangan.

Kunci kemenangan Vettel

Kimi Raikkonen menjalani awal balapan yang baik, mampu unggul sekitar 1,5 detik atas rekannya Sebastian Vettel, hingga lap ke-34. Pertanyaan kemudian mengerucit pada keputusan Kimi Raikkonen melakukan pitstop di lap ke-34, walaupun catatan waktunya masih terlihat sangat baik pada waktu itu?

Sebetulnya semuanya dimulai oleh Max Verstappen yang melakukan pitstop di lap ke-32. Red Bull bermaksud untuk melakukan undercut (yakni melakukan pitstop terlebih dahulu, guna memanfaatkan ban barunya untuk mendahului lawannya, yang masih menggunakan ban lama). Strategi dilakukan untuk mendahului Valtteri Bottas.

Untuk mengantisipasi hal ini, Mercedes memanggil Bottas untuk mengganti ban di lap berikutnya. Jika Ferrari melihat hal ini sebagai sebuah ancaman bagi mereka, dan juga memanggil Raikkonen untuk melakukan pitstop. Keputusan ini sebetulnya tidak masuk akal. Jarak antara Raikkonen dan Bottas sebelum Bottas melakukan pitstop adalah 5 detik.

Undercut biasanya hanya bisa berfungsi untuk jarak maksimal 2 detik. Di suatu track dengan tingkat degradasi ban sangat rendah seperti Monaco, efek undercut tidak sekuat seperti di sirkuit lain. Sehingga, jika Ferrari menganggap bahwa ada ancaman undercut dari Mercedes, maka itu jadi salah perhitungan dari tim berlogo kuda jingkrak.

ANDREJ ISAKOVIC/AFP PHOTO Pebalap Ferrari asal Jerman, Sebastian Vettel, memacu mobilnya pada balapan GP Monaco di sirkuit jalan raya di Monte Carlo, Minggu (28/5/2017).

Setelah melakukan pitstop ini, Kimi turun ke posisi ke-3, tetap di depan Bottas dan Verstappen. Sedangkan Vettel tidak mengikuti strategi rekan satu timnya, dan tetap bertahan dengan ban ultrasoft-nya dan memimpin balapan. Meskipun Raikkonen menggunakan ban supersoft yang baru, dia tidak mampu memaksimalkan performa ban barunya tersebut di saat yang sangat krusial ini, terutama karena dua hal:

Pertama, saat Raikkonen keluar dari pitlane, ia terjebak dibelakang backmarkers, yakni Jenson Button dan Pascal Wehrlein. Di sirkuit yang sempit seperti Monaco, tidaklah mudah bagi backmarkers untuk menyingkirkan mobilnya guna mematuhi bendera biru. Hal ini membuat Raikkonen kehilangan banyak waktu.

AFP/BERTRAND LANGLOIS Pebalap Ferrari, Kimi Raikkonen, melambaikan tangan kepada para penonton saat sesi latihan ketiga GP Monaco di Sirkuit Monaco, Monte Carlo, Sabtu (27/5/2017).

Kedua, kompon ban Pirelli musim ini lebih sulit untuk dilakukan warm up, ditambah dengan permukaan aspal sirkuit Monaco yang sangat mulus. Sehingga performa ban tidak maksimal selama beberapa lap awal.

Strategi undercut ternyata tidak berfungsi dengan baik di Monaco, justru overcut (kebalikan dari undercut) yang berfungsi lebih baik. Strategi inilah yang Vettel gunakan. Dengan ban ultrasoft yang relatif lebih tua, Vettel masih mampu mencatat waktu yang impresif, dari lap ke 34 hingga lap ke 38. Ketika Raikkonen sedang kehilangan waktu akibat backmarkers, Vettel mencatat waktu yang jauh lebih baik selama 2 lap (lap 37 dan 38) dan berhasil memperbesar keunggulan atas rekannya, dari 19.3 detik menjadi 20,1 detik.

Catatan waktu Vettel pada saat in lap juga hampir 2 detik lebih baik dari pada catatan waktu in lap Raikkonen. Diperlukan waktu sekitar 19 detik untuk melakukan pitstop di Monaco. Keunggulan Vettel ini sudah cukup untuk dapat mendahului rekannya setelah pebalap Jerman ini mengganti ban di lap ke 38.

Setelah itu, Sebastian Vettel mampu mengkontrol kecepatannya dan memimpin balapan hingga selesai, tanpa diancam rekannya maupun pebalap lain.

 

Ricciardo Gunakan Strategi Sama

Sebelum dimulainya pitstop, pebalap Red Bull, Daniel Ricciardo, menduduki peringkat kelima, dibelakang kedua Ferrari, Valtteri Bottas dan Max Verstappen. Pebalap asal Australia ini terlihat sangat kesulitan untuk mendahului rivalnya di track. Ketika Max Verstappen mengantisipasi ancaman undercut dari Valtteri Bottas, Ricciardo memilih untuk bertahan di trek dengan ban ultrasoft. Meskipun dengan ban yang sudah cukup lama, seperti Vettel, dia masih mampu mencatat waktu yang sangat baik dibandingkan Bottas dan Verstappen dengan ban yang lebih baru, tetapi terjebak dibelakang Carlos Sainz, dan backmarkers Button dan Wehrlein.

Mereka juga kesulitan untuk menaikkan temperatur ban supersoft mereka. Saat Ricciardo melakukan pitstopnya di lap ke-38, ia sudah mengambil banyak waktu dari Bottas dan Verstappen, dan berhasil mendahului kedua rivalnya tersebut saat keluar dari pitlane, dan berhasil merebut peringkat podium ketiga dengan strategi yang jitu ini.

Konteks strategi Raikkonen dan Bottas jelas berbeda. Jarak antara Verstappen dan Bottas sebelum pitstop tidak lebih dari 2 detik, dan jika Mercedes tidak segera merespons strategi Red Bull, undercut yang dilakukan oleh Max Verstappen bisa saja berhasil. Sedangkan Raikkonen sebenarnya sama sekali tidak dalam ancaman undercut dari Bottas dan Verstappen karena jaraknya sekitar 5 detik.

Lalu apakah yang mendorong Ferrari untuk melakukan pitstop secepat itu, sedangkan Vettel bertahan di trek lebih lama? Apakah itu merupakan team order implisit untuk memenangkan Sebastian Vettel? Banyak sekali spekulasi tentang hal itu, namun belum ada fakta kuat yang membenarkan rumors itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau